Lihat ke Halaman Asli

Peran Budaya Politik Warga Negara dalam Survai Konsolidasi Demokrasi

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika legimitasi rakyat merupakan subuah kompromi merupakan komponen inti dari konsolidasi. Survai-survai sample nasional juga menunjukan bagaimana public massa mengavaluasi kinerja negar-negara demokrasi mereka yang masih hijau), sampai tingkat mana mereka mewujudkan sifat-sifat budaya demokrasi lain seperti kepercayaan,toleransi,keefektifan, dan keterlibatan, serta bagaimana sikap-sikap dan nilai-nilai terkait dengan data survai yang relevan tentang negar-negara demokrasi gelombang ke tigaa dalam relative baru (seperti banyak dari negar-negara demokrasi gelombang ketiga itu sesendiri), dan banyak yang masih harus dikerjakan untuk mencapai derajat standarisasi dalam item-item survai yang akan memungkinkan perbandingan–perbandingaan yang jelas di antara berbagai kawasan dan Negara.Namun demikian, semakin banyak saja karya survai lintas nasional yang dilakukan, setidaknya di dalam berbagai kawasan dan dalam beberapa kasus di antaraq bebrapa titik waktu.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?Setidaknya pada pemilu 2009 kemarin jelas telihat bahwa salah satunya tanda konsolidasi demokrasi banyak partisipasi warga untuk melakukan polling, dalam memilih salah satu colan tertentu, yang merupakan budaya demokrasi yaitu ikut aktif terlibat, namun tidak dapat dipungkiri kebenaran dari survai-survai tersebut perlu dipertanyakan khusus untuk Indonesia yang relative baru menggunakan motode survai, yang sebelumnya belum pernah dilakukan.

Dan apakah survai-survai itu masih perlu untuk pemilu tahun 2014. Memang masih agak jauh jika berbicara mengenai pemilu. Namun apakah masih bisa menggunakan survai, kerena mengingat dari tahun kemarin saja masih banyak kecurangan dan politik pencitraan yang terjadi karena sudah menggap survai partai politik atau calon mengungguli yang lain sehingga ini terkadang menjadi konflik dan rancu sebelum pengumaman diumumkan secara resmi.

Dengan begitu jika melihat konteks Indonesia memang konsolidasi demokrasi masih banyak belajar tertama budaya demokrasi yang masih perlu ditingkatkan khususnya warga Negara yang menjadi tombak maju mundurnya sebuah Negara demokrasi yang matang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline