Lihat ke Halaman Asli

Madi

Mahasiwa

Beragam Bungkus Makanan Gunakan Daun, Hindari Plastik

Diperbarui: 31 Januari 2024   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketupat daun kelapa. Foto: Madi/ Galeri Pribadi

Hidangan khas Nusantara, seperti lontong, ketupat, dan lainnya, telah menjadi bagian penting dari kekayaan kuliner Indonesia. Tradisi menggunakan daun sebagai bungkus memberikan nilai lebih selain rasa lezat. Meskipun demikian, kemajuan zaman dan penggunaan plastik sebagai bungkus oleh sebagian orang membawa risiko serius terhadap kesehatan dan lingkungan. Rafika Aprilianti dari Ecoton menyatakan bahwa bungkus daun lebih aman karena merupakan bahan alami, sementara plastik mengandung zat-zat kimia berbahaya. Kesadaran akan risiko ini perlu ditingkatkan, dengan kembali menggunakan daun sebagai solusi yang lebih aman. Aprilianti juga mencatat akumulasi mikroplastik dalam tubuh sebagai dampak penggunaan plastik, yang dapat memicu reaksi alergi dan bahkan pembentukan sel kanker. Oleh karena itu, edukasi masyarakat tentang risiko kesehatan dan pentingnya kembali mengadopsi daun sebagai bungkus makanan menjadi krusial. Kesadaran akan keberlanjutan lingkungan dan kesehatan masyarakat perlu ditingkatkan untuk mempertahankan tradisi kuliner Indonesia tanpa mengorbankan kesehatan dan lingkungan.

Lontong biasa dikenal dengan bungkus daun, tetaoi dengan masifnya penggunaan plastik, lontong pun bungkus dengan plastik. Foto: Madi/ Galeri Pribadi

Secara kimiawi, plastik memiliki kemampuan melepaskan zat kimia, seperti senyawa phthalate dan Bisphenol-A (BPA), yang dapat mentransfer ke dalam sel tubuh. Kedua senyawa tersebut dapat mengalami leaching dari material plastik dan menguap ke lingkungan sekitarnya. Proses transfer senyawa ini ke tubuh terjadi melalui konsumsi makanan yang terbungkus plastik, dengan faktor lingkungan seperti suhu dapat mempercepatnya. Studi menunjukkan bahwa BPA dan phthalate dalam plastik berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk kanker payudara, pubertas dini, diabetes, obesitas, serta gangguan autisme. Selain itu, senyawa-senyawa ini dapat berperan sebagai pengganggu hormon, yang dapat menyebabkan gangguan kehamilan, tiroid, berat badan lahir rendah, asma, kanker prostat, dan masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu, kesadaran akan bahaya senyawa kimia dalam plastik perlu ditingkatkan, dan masyarakat diharapkan memilih alternatif yang lebih aman, seperti menggunakan daun sebagai bahan pembungkus makanan.

Ketupat Mentah terbuat dari daun Siwalan muda.. Disebut Katopa' Brngbng. Foto : Madi | Galeri Pribadi

Plastik, dalam konteks kimia, memiliki kemampuan melepaskan senyawa-senyawa berbahaya seperti phthalate dan Bisphenol-A (BPA) ke dalam makanan. Proses transfer senyawa ini ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan terbungkus plastik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk kanker payudara, pubertas dini, diabetes, obesitas, dan gangguan autisme. Senyawa-senyawa tersebut juga dapat berperan sebagai pengganggu hormon, memicu gangguan kehamilan, gangguan tiroid, berat badan lahir rendah, asma, kanker prostat, dan masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu, kesadaran akan bahaya plastik perlu ditingkatkan, dan pemilihan bahan pembungkus makanan yang lebih aman, seperti daun, menjadi solusi yang bijak.

Lontong daun, yang sudah ada sejak lama. Foto: Madi/Galeri Pribadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline