Lihat ke Halaman Asli

Desi RahmawatiPambudi

Universitas Airlangga

Refleksi Filsafat Manusia dan Psikologi

Diperbarui: 18 Juni 2024   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

“Psikologi”, kata yang menarik perhatian saya semasa SMA. Psikologi berasal dari kata Yunani, “Psyche” dan “Logos”. “Logos” berarti nalar, logika, atau ilmu. “Psyche” berarti  jiwa. Dari sinilah, “Psikologi” berarti ilmu jiwa. Pengertian “Psikologi” menurut ahli bermacam-macam. Menurut Plato dan Aristoteles, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa dan prosesnya sampai akhir. Menurut Wilhelm Wundt, berpendapat bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan panca indera, pikiran, merasa (feeling) dan kehendak (Shalahuddin, 1986). Secara umum, pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.

Ciri kajian psikologi diantaranya, psikologi menggunakan teori dan hipotesis untuk mendukung penelitian. Teori digunakan untuk penjelasan luas dan prediksi fenomena kepentingan dan hipotesis, derivasi teori yang merupakan prediksi yang dinyatakan dengan cara yang memungkinkan mereka untuk diuji (Feldman, 1989, 37). Kedua, penelitian psikologi berfokus pada manusia. Namun, objek penelitiannya hewan apabila penelitian tersebut akan melanggar standar etika penelitian terhadap manusia.

Lalu, jika psikologi pada umumnya membahas mengenai manusia, apa bedanya dengan sosiologi dan antropologi?

Sosiologi adalah ilmu yang berfokus pada kehidupan kelompok manusia. Sosiologi berperan sebagai sistem tata nilai yang ditujukan kepada masyarakat tentang bagaimana seharusnya mereka berkelakuan dan mengatur diri mereka (Cohen, 1992, 1). Jadi, jika psikologi dapat mengkaji manusia sebagai makhluk individu maupun sosial, sosiologi mengkaji banyak manusia (studi kelompok). Antropologi adalah ilmu tentang makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, kepribadian, masyarakat, serta kebudayaannya. Antropologi adalah ilmu yang menggabungkan biologi, budaya dan bahasa, sejarah dengan pengamatan sosial dalam perspektif modern demi memahami spesies manusia dan leluhur manusia itu sendiri (Kottak, 2013).

Lantas, apakah psikologi termasuk dalam disiplin ilmu sosial atau (bahkan) ilmu alam?

Psikologi dapat dianggap sebagai ilmu alam dan ilmu sosial. Ilmu alam pada psikologi dapat dilihat pada bidang biopsikologi dan neurosains kognitif. Bidang ini menggabungkan prinsip psikologi kognitif dan neurosains. Neurosains kognitif melibatkan pemantauan dan analisis aktivitas otak menggunakan teknik pencitraan otak; fMRI (Functional Magnetic Resonance Imaging) dan EEG (Electroencephalography). Selajutnya, biopsikologi berfokus pada cara sistem saraf dan proses biologis lainnya memengaruhi pembentukan perilaku, pengalaman, dan kognisi manusia. Dalam bukunya, Hebb mengembangkan teori prehensif pertama tentang bagaimana fenomena psikologis kompleks, seperti persepsi, emosi, pikiran, dan ingatan, mungkin dihasilkan oleh aktivitas otak. Hebb mendasarkan teorinya pada eksperimen yang melibatkan manusia dan hewan laboratorium, pada studi kasus klinis, dan pada argumen logis yang dikembangkan dari pengamatannya sendiri terhadap kehidupan sehari-hari. Pendekatan eklektik ini telah menjadi ciri penyelidikan biopskiologis (Pinel, 2000, 3).

Psikologi sebagai ilmu sosial, ranahnya juga luas. Beberapa buktinya adalah adanya penelitian mengapa lingkungan dan situasi sosial dapat memengaruhi perilaku manusia. Kedua, bagaimana budaya sosial dapat memengaruhi karakteristik seseorang. Bahkan, terdapat salah satu cabang ilmu psikologi, yaitu psikologi sosial. Apa yang membuat psikologi sosial bersifat sosial adalah ia berhubungan dengan bagaimana orang dipengaruhi oleh orang lain orang-orang yang hadir secara fisik atau yang dibayangkan akan hadir (misalnya mengantisipasi tampil di depan penonton), atau bahkan kehadiran siapa yang tersirat (Hogg & Vaughan, 2017, 4). 

Sebagai mahasiswa psikologi, mengapa belajar filsafat dianggap penting, khususnya filsafat manusia? Istilah ‘filsafat’ menunjuk kepada arti pandangan hidup (view of life) seseorang atau sekelompok orang, atau teori umum tentang bagaimana kita harus mengatur hidup dan kehidupan kita (Fadhil Lubis, 2015, 3).  Filsafat manusia atau antropologi metafisik menjadi penting bagi manusia dalam upaya memahami esensi dan eksistensi manusia dengan segala dimensinya, karena filsafat manusia merupakan proses refleksi rasional mengenai persoalan-persoalan mendasar manusia (Purwosaputro, S., & Sutono, A., 2021). Oleh karena itu, filsafat memiliki kolerasi dengan psikologi. Sebagai contoh, dengan mempelajari filsafat manusia yang berbicara eksistensi manusia, kita terdorong untuk berpikir kritis dan selalu mempertanyakan alasan mengapa manusia melakukan sesuatu. Selain itu, makna hidup dan motivasi yang dibahas dalam filsafat juga dapat dihubungkan dengan psikologi, yaitu teori motivasi dan kehendak untuk hidup. Terakhir, filsafat manusia sering membahas kebudayaan yang dapat mempelajari bagaimana kecenderungan psikologis dan perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh konteks kultural.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline