Lihat ke Halaman Asli

Mengingat Akar Keberagaman Negeri melalui Diklat WKG PPG Prajabatan di Universitas Negeri Malang

Diperbarui: 20 April 2023   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

potret pelaksanaan kegiatan WKG mahasiswa pendidikan bahasa Indonesia di Universitas Negeri Malang, dok. pribadi

Tak bisa dipungkiri bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman. Oleh sebab itu, penting bagi seluruh warga negara Indonesia untuk merangkul keberagaman tersebut. Salah satunya dengan mempelajarai keberagaman kebudayaan Indonesia. Melalui kegiatan diklat Wawasan Kebhinnekaan Global (WKG) yang diprakarsai oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Universitas Negeri Malang menyelenggarakan kegiatan tersebut sejak tanggal 10 April 2023 hingga 14 April 2023. Melalui rangkaian kegiatan tersebut, mahasiswa PPG mempelajari berbagai topik krusial mengenai kebhinnekaan global, kebhinnekaan Indonesia, damai dengan diri, sekolah bineka, dan sekolah damai.

Misalnya saja dalam kebhinekaan global, melalui topik tersebut mahasiswa bersama-sama merunut asal-usul nenek moyang yang tak tunggal. Pada topik ini, mahasiswa tidak hanya memperkaya identitasnya, tetapi juga memperkaya diri akan pemahaman terhadap keberagaman bahwa keberagaman adalah suatu fitrah yang tak terbantahkan. Bagi mahasiswa PPG yang kelak akan menjadi guru professional, pemahaman ini nantinya akan berguna apabila diimplementasikan pada ranah sekolah, nasional, bahkan global. Masih berkaitan dengan topik kebhinnekaan global, topik kebhinnekaan Indonesia mengeksplorasi kekayaan keberagaman Indonesia. Mulai dari kekayaan budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, hingga bahasa. Dengan adanya keberagaman tersebut, bukan berarti manusia Indonesia bebas dari tantangan. Justru dengan adanya keberagaaman yang begitu kaya, tantangan dapat datang dari segala arah. Meskipun demikian, melalui diklat WKG, mahasiswa mendapat wawasan untuk menanggulangi berbagai tantangan tersebut dengan saling menghormati pilihan sekaligus menjaga kerukunan dengan bertoleransi dan berdialog.

Topik-topik krusial yang disampaikan melalui diklat WKG tak luput menitikberatkan pada peningkatan kualitas mahasiswa PPG terutama untuk mengajarkan nilai kemanusiaan demi memperkuat persatuan dalam keragaman dan menyemai kedamaaian yang disampaikan dalam topik, "Damai dengan Diri", "Sekolah Bhinneka", dan "Sekolah Damai". Ketiga topik tersebut salah satunya mengajarkan mahasiswa PPG dalam berdamai dengan diri sendiri dengan menumbuhkan pemahaman bahwasanya setiap manusia beridentitas unik. Untuk itu, identitas tersebut sudah seharusnya dihargai. Kemudian, berkaitan dengan mahasiwa PPG yang nantinya akan menjadi guru professional, mahasiswa mempelajari bagaimana menciptakan sekolah bhinneka dan sekolah damai dengan menerapkan nilai-nilai toleransi di sekolah atau kelas serta memberikan pemahaman mengenai sekolah yang aman dan nyaman. Selain itu mahasiswa juga mempelajari berbagai permasalahan ataupun tantangan yang mungkin muncul serta solusi yang tepat untuk menanggulangi tantangan tersebut.

Dengan berbagai topik krusial dan terkesan padat, kegiatan WKG yang diperoleh oleh mahasiswa pendidikan Bahasa Indonesia selama dua hari lamanya justru menimbulkan kesan mendalam bagi mahasiswa. Topik-topik krusial tersebut nyatanya dikemas dengan kegiatan yang menyenangkan, ringkas, dan menimbulkan perasaan positif pada diri mahasiswa. Melalui kegiatan tersebut mahasiswa khususnya mahasiswa PPG Prajabatan pendidikan bahasa Indonesia memeragakan role playing mengenai bagaimana seharusnya kita terbuka terhadap budaya asing tanpa ragu memperkenalkan budaya Indonesia yang begitu kaya dan menarik. Sikap positif juga ditumbuhkan pada mahasiswa melalui pembuatan puisi akrostik yang mengajak setiap peserta diklat untuk mengenal diri masing-masing sekaligus menghargai sifat-sifat positif yang dimiliki oleh mahasiswa.

Mahasiswa juga saling berkolaborasi dalam menciptakan cerpen pentigraf yang menjunjung nilai-nilai toleransi dan pemahaman terhadap keberagaman. Berbagai lagu daerah juga disenandungkan demi menyemarakkan kegiatan ini sekaligus menumbuhkan sikap cinta tanah air. Meskipun kegiatan ini berlangsung dalam kurun waktu yang terbilang singkat, kegiatan ini telah mengakomodasi mahasiswa dalam mengenal, menghargai, dan merayakan keberagaman. Melalui kegiatan kolaborasi yang terlaksana dengan baik, mahasiwa juga menumbuhkan sikap toleransi, saling peduli, dan empati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline