Seiring berjalannya waktu, kebutuhan mendasar manusia yang biasa kita sebut dengan kebutuhan pokok mengalami perkembangan. Mulanya manusia sebagai makhluk hidup memiliki tiga kebutuhan pokok berupa kebutuhan pangan atau makanan, sandang atau pakaian, dan papan atau rumah tempat tinggal. Kini, kebutuhan manusia bertambah dengan adanya kebutuhan energi. Manusia membutuhkan energi guna menyambung kehidupan serta mendukung kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya dilakukan.
Sebagian besar sumber energi yang kita gunakan berasal dari sisa-sisa bahan fosil yang tertimbun jutaan tahun di muka bumi. Seperti halnya bensin yang berupa minyak bumi yang berasal dari sisa-sisa fosil yang tiap hari kita butuhkan untuk mempermudah kegiatan yang kita lakukan. Tanpa kita sadari persediaan minyak bumi tersebut tidak akan ada untuk selamanya. Persediaan minyak itu akan habis suatu hari dan kita tidak bisa memperbaruinya dengan cepat.
Berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh para peneliti untuk menyiasati hal ini. Seperti halnya mengalihkan pemakaian sumber daya alam yang berupa fosil menjadi sumber daya alam terbarukan. Salah satunya adalah dengan pemakaian bioetanol. Bioetanol adalah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan dengan kelebihan dapat menurunkan kadar CO2 sebesar 18%. Menurut Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) ada 3 kelompok tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber bioetanol antara lain ialah tanaman yang mengandung glukosa (seperti tetes tebu atau molase, nira aren, dan nira tebu), mengandung pati (seperti, kelapa sawit, singkong, kelapa, rambutan, jarak pagar, sirsak dan kapuk) dan yang mengandung serat selulosa (kulit pisang, batang pisang, jerami,kayu, dan bagas).
Kelompok tanaman tropis diatas tentunya dapat kita temui di Indonesia dengan mudah. Seperti halnya buah pisang yang kaya akan serat dan juga karbohidrat. Buah pisang dengan nama latin Musa Paradisiacadengan berbagai macam jenis dapat kita temui di Indonesia. Buah dengan rasa manis dengan tekstur lembutnya membuat buah ini digemari di semua kalangan usia. Namun banyak permasalahan muncul karena kulit buah pisang yang hanya dibuang begitu saja setelah dikonsumsi buahnya. Kulit pisang ini selanjutnya hanya akan menjadi limbah yang dapat meningkatkan keasaman pH tanah.
Setelah dilakukan berbagai macam penelitian oleh para ahli, ternyata limbah kulit pisang ini bisa digunakan sebagai bahan pembuat bioetanol. Kulit pisang yang mulanya hanya menjadi limbah kini lebih berguna bagi masyarakat. Bioetanol yang merupakan hasil dari fermentasi gula menggunakan sumber mikroorganisme ini dapat kita buat dengan berbagai cara. Untuk memproduksi bioetanol dengan bahan dasar yang mengandung karbohidrat dapat dilakukan dengan proses pengonversian karbohidrat menjadi glukosa dengan beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis asam dan secara enzimatis. Namun, produksi bioetanol dengan bahan dasar kulit pisang ini lebih sering menggunakan metode hidrolisis yang dianggap lebih ramah lingkungan. Glukosa yang telah dibentuk selanjutnya difermentasi dengan penambahan yeast atau ragi sehingga terciptalah bioetanol.
Bioetanol sangatlah bermanfaat bagi manusia. Selain berguna sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan, bioetanol juga dapat menjadi solusi bagi penanganan limbah sisa bahan makanan seperti pada kulit pisang. Dan yang pasti bioetanol ini juga dapat menjadi sumber energi alternatif yang multifungsi. Jadi, jangan remehkan hal-hal kecil seperti limbah kulit pisang ini, karena bisa jadi hal yang remeh ini yang akan menyelamatkan ketersediaan minyak bumi bagi generasi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H