Lihat ke Halaman Asli

Desfina Citra

22107030024 uin sunan kalijaga yogyakarta

Male Intitlement: Taktik Menjaga Kekuasaan

Diperbarui: 6 Juni 2023   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pict by freepik.com

Hidup di dalam masyarakat yang patriarkis membuat kita banyak sekali mendengar stereotype seksis, misalnya perempuan harus bisa masak, sedangkan laki-laki harus bisa olahraga. Stereotype seperti ini, sayangnya sering dianggap remeh oleh masyarakat umum, karena dianggap tidak merugikan siapa-siapa.

Tetapi yang sering tidak kita sadari, stereotype gender ini mempunyai implikasi yang serius, yaitu pertama kita menjadi memaksakan definisi yang strict mengenai maskulinitas dan femininitas, dan kita sebagai manusia pun dipaksa untuk selalu mengerti tentang maskulinitas dan feminitas yang kaku tersebut.

Terutama untuk laki-laki, seperti yang bisa kita lihat, ketika laki-laki bertingkah tidak sesuai dengan kelaminnya, maka ia akan disudutkan, karena sebagian masyarakat umum merasa ia sedang emasculate dirinya sendiri sebagai laki-laki, dan karena emasculate tersebut dianggap sebagai hal yang memalukan.

Selanjutnya yaitu, stereotype gender juga sering mempromosikan hierarki antara perempuan dan laki-laki, yang akhirnya mendorong kebencian terhadap perempuan, yang akhirnya hak dan kemerdekaan perempuan menjadi dibatasi.

Untuk maskulinitas yang kaku itu sendiri, karakter seperti dominasi seksual, emosi yang pasif, perilaku yang agresif, hal itu juga menjadi reinforce, laki laki juga akhirnya didukung dan didorong untuk membuktikan kemaskulinitasnya tersebut.

Karena stereotype tersebut, banyak laki-laki yang diajarkan sejak kecil bahwa dirinya itu lebih baik dari perempuan. Akhirnya laki-laki tersebut tumbuh menjadi laki-laki yang mempunyai ego yang besar, dan itu bermanifestasi menjadi suatu fenomena yang disebut Male Entitlement.

Male intitlement adalah keinginan untuk selalu mencari dan menjaga kekuasaan dan kekuatan, yang menurut patriarki adalah hak pria. Ketika laki-laki itu mendapatkan penolakan atas hal tersebut, maka ia akan merasa menjadi pecundang, merasa putus asa, merasa malu dan kemudian ia akan merasa butuh untuk melakukan sesuatu dengan tujuan mengganti rasa malu tersebut dengan pride, untuk menunjukkan pada kita bahwa "ini loh aku".

Tidak jarang pula, statement itu adalah perilaku yang agresif atau bahkan kekerasan. Karena balik lagi diawal yaitu, toxic masculinity. Kaum patriarki juga meyakinkan pada laki-laki bahwa hal tersebut wajar dilakukan, karena ia sudah di permalukan, ditolak, dan tidak dihargai.

Apa saja sih contoh dari male intitlement itu?

Bukan hanya toxic man saja, tetapi juga yang dilakukan oleh perempuan. Yang sering kita dengar yaitu laki-laki yang obsesi terhadap satu perempuan, padahal perempuan tersebut sudah menolak dengan baik-baik tetapi masih juga dikejar bahkan semakin agresif. Sayangnya hal seperti ini sangat sering diromantisasi, padahal ini adalah salah satu red flag dari laki-laki yang sangat harus dihindari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline