Ada yang memukau saat pertandingan Para Powerlifting dan Wheelchair Fencing pada tanggal 9-10 Oktober 2018 di Balai Sudirman dan GORPOPKI Cibubur, siapa lagi kalau bukan penampilan dari grup musik cajon dari salah satu sekolah luar biasa negeri yang berada di Bogor bernama The Brocos.
The Brocos yang beranggotakan sebanyak 10 orang namun sayangnya ada yang keluar menjadi tersisa 3 orang. The Brocos adalah singkatan dari The Brothers of Cajon SLBN 1 Bogor. Awalnya The Brocos adalah bernama Tak Tak Blam yang beranggotakan Fauzan, Feri dan Haikal yang bermain cajon. Hanya saja, bedanya The Brocos mereka pakai bila mereka tampil di daerah Bogor agar membawa nama sekolah tercintanya. Tak Tak Blam diberi nama oleh Pak Bungsu, sang pelatih dari Cirebon.
Pertama kali di tahun 2016, mereka pergi ke Cirebon bertemu dengan Pak Bungsu yang ditemani Bu Helga yang sekarang menjadi manager dari Tak Tak Blam. Semua bermula dari musisi dari Cirebon sedang menjalani program 1000 cajon untuk anak berkebutuhan khusus. Pak Bungsu mengajar cajon di daerah Cirebon dan memiliki cita-cita untuk menebarkan ilmunya ke daerah luar Cirebon sehingga sampailah beliau ke SLBN 1 Bogor. Akhirnya beliau merekrut 4 anggota yaitu Feri, Haikal, Fauzan, dan Hadi (sudah alumni). Pada tahun 2016, mereka mengikuti Festival Kesenian Jogjakarta dan Festival di Jagakali, Cirebon. Tahun 2017, mereka tampil di Festival Drum dan Perkusi Indonesia di Jakarta dan Asian Para Games di venue anggar dan angkat besi dan tahun 2018, Peparda di Bogor.
"Alhamdulillah, dari situ kita selalu meningkat. Mudah-mudahan ke depannya akan nada bibit baru di cajon ini" ujar Bu Helga Wulandari.
Bu Helga mengaku sangat kagum dengan pengorbanan Pak Bungsu yang memiliki niat yang luar biasa mulia yaitu pulang pergi dari Cirebon-Bogor setiap hari liburnya untuk mengajar anak-anak ini sampai akhirnya mereka semua memiliki keahlian yang tak boleh dianggap sebelah mata. Bu Helga juga sering posting kegiatan-kegiatan anak-anak saat tampil di berbagai festival dan Bu Helga dihubungi oleh pihak EO Asian Para Games 2018. Tak Tak Blam tampil saat jeda istirahat, sebelum mulai, dan selesai pertandingan. Ada dua penampilan yang ditampilkan saat APG 2018 yaitu dirta dan cajon.
Bu Helga juga mengatakan ingin sekali semua anak berkebutuhan khsuus ini bisa memiliki keahlian-keahlian khusus diluar akademik mereka. "Hanya saja, kekurangan kami, kami tidak memiliki guru khusus di bidang-bidang tersebut, kami sangat membutuhkan SDM untuk menjadi pelatih mereka" keluh Bu Helga.
Salah satu anggota Tak Tak Blam, Haikal diakui yang sudah ahli dalam bermain cajon. Haikal juga yang sudah memulai belajar membuat komposisi dengan berupa ketukan-ketukan. "Susah juga sih, harus cari orang yang mengerti komposisi juga supaya nadanya dapat bersatu padu dengan baik" ujar Haikal si penyuka musik rock ini. Namun, Haikal dan Feri memiliki bakat di bidang music terutama cajon jadi mereka merasa sangat menikmati belajar cajon. Mereka sudah diajar oleh Pak Bungsu selama 3 tahun belakangan ini dan di tahun ketiga, Pak Bungsu akan terus mengajarkan mereka bila ada festival atau event tertentu. Mereka juga akan latihan setiap hari bila menjelang festival atau pementasan cajon. Haikal dan Feri mengaku sangat tegang namun sangat senang karena tampil pertama kali di APG 2018 dan ditonton oleh Kemenpora RI. "Wah bukan senang lagi, sangat merasa bangga dan pengen lagi tampil di APG 2018" ujar Feri si penyuka music pop ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H