Lihat ke Halaman Asli

KKN UM Desa Sidodadi

Offiacial Akun KKN UM Sidadodi

Mengangkat Ekonomi Masyarakat Desa melalui UMKM, Pendataan UMKM Desa Sidodadi

Diperbarui: 3 Juli 2019   18:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kab Malang - (2/07) Tim  KKN Universitas Negeri Malang (UM) yang berada di Desa Sidodadi melakukan kegiatan pendataan UMKM (Usaha Mikro dan Kecil Mengengah). Kegiatan ini ditujukan pada pemilik UMKM yang ada di Dusun Umbulrejo, Desa Sidodadi, Kecamatan Gedangan. 

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu program pendukung dalam pembuatan peta tematik desa. Selain itu, kegiatan pendataan potensi UMKM ini juga dilakukan sebagai wujud perduli KKN UM 2019 terhadap jiwa ekonomi masyarakat desa yang tercermin dalam adanya UMKM ini.

Kegiatan pendataan dilakukan mulai dari bertanya kepada penanggung jawab UMKM di Desa Sidodadi. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menggali informasi tentang UMKM yang ada di Desa Sidodadi. Desa Sidodadi khususnya di Dusun Umbul rejo sendiri memiliki 3 warga yang memiliki UMKM. Diantaranya adalah usaha kripik pisang, usaha sapu lidi, dan usaha kripik tempe. Setelah Tim KKN UM Desa Sidodadi mendapatkan data yang dibutuhkan, selanjutnya TIM KKN UM Desa Sidodadi melangsungkan pendataan langsung ke tempat pemilik UMKM yang ada. 

Selanjutnya TIM KKN UM Desa Sidodadi melakukan wawancara lebih lanjut mengenai usaha yang dimiliki oleh tiap-tiap pemilik UMKM. Pemilik UMKM pertama yang dimintai data adalah pemilik usaha kripik pisang yaitu Ibu Sriwinanti. Menurut penuturan beliau pertama kali mendirikan usaha dengan modal awal 2 juta rupiah pada tahun 2015. Jenis pisang yang beliau gunakan adalah pisang awak yang didapat dari daerah Bantur. Ibu Sri sendiri tidak memiliki karyawan, sehingga setiap proses produksinya dilakukan oleh beliau dengan menggunakan mesin penggorengan berupa mesin vakum. 

Proses produksi keripik pisang dilakukan dengan mengupas pisang, kemudian dipotong dimasukkan ke freezer kurang lebih 1 hari 1 malam, Setelah itu, masuk pada proses penggorengan namun sebelum penggorengan mesin vakum dipanaskan terlebih dahulu dengan 100 derajat. Kemudian masukkan pisang goreng dan waktu penggorengan memakan satu 1 jam. Setelah satu jam kripik pisang ditiriskan dan mulai masuk dalam proses pengemasan, dan setiap kemasan 150 gr di jual seharga Rp. 10.000,-.

Pemilik UMKM selanjutnya adalah Ibu Siti Aminah. Beliau adalah pemilik usaha sapu lidi. Beliau memulai usahanya pada tahun 2018 dengan modal awal Rp.  700.000,-. Bahan utama produksi yang digunakan yaitu lidi yang masih basah dari daun kelapa yang masih menempel di pohonnya. Ibu aminah sendiri tidak memiliki karyawan, beliau melakukan produksi sendiri dengan menggunakan mesin pemotong kayu dan mesin bubul. Prosesnya dimulai dengan menyiapkan lidi yang diperoleh dari pengumpul lidi Dusun Umbulrejo. Kemudian lidi tersebut di potong sesuai ukuran, dilanjutkan  memotong kayu untuk gangang sapu lidi dan di rapikan dengan mesin bubul kemudian di bungkus plastik. Hasil dari usaha tersebut dijual dengan harga Rp.  8.000,- perbiji. .

Pemilik UMKM terakhir adalah Bapak Sumariono. Beliau merupakan pemilik usaha produksi kripik tempe, usahanya dimulai pada tahun 2017 dengan modal Rp. 500.000,-. Bahan baku yang di gunakan kedelai, tepung kanji,  dan ragi.  Jenis kedelai yang beliau gunakan yaitu kedelai amerika karena lebih berkualitas. Prosesnya dimulai dari merendam kedelai selana 6 jam,  dilanjutkan dengan merebus kedelai selama 1 jam dan terakhir dilakukan pengupasan kulit kedelai.  Kemudian didinginkan dan diberi ragi dengan campuran tepung kanji kemudian di aduk rata. Setelah itu di masukkan ke dalam plastik untuk didiamkan selama 1 setengah hari kemudian di iris tipis dan di goreng hingga matang. Terakhir di dinginkan dan di beri perasa original di bungkus plastik.

Berdasarkan pendataan dari ketiga pemilik UMKM di Dusun Umbulrejo Desa Sidodadi diperoleh hasil yang menyatakan bahwa para pemilik UMKM memiliki kendala dalam pemasaran. Alasan utamanya dikarenakan daerah pemasaran yang sulit dijangkau. Hal tersebut dapat dilihat dari jalan yang sulit untuk dilalui, dan lokasi desa yang jauh dari pusat kota ataupun pusat keramaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline