Lihat ke Halaman Asli

Aliran Realisme & Implikasinya dalam Pendidikan

Diperbarui: 8 Desember 2023   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Mind map aliran realisme dan implikasinya dalam pendidikan, Sumber: dokumen pribadi

Filsafat pendidikan adalah salah satu filsafat terapan umum, sehingga pembahasan filsafat pendidikan akan berakar pada filsafat. Filsafat pendidikan dapat dikatakan sebagai aplikasi filsafat dalam pendidikan untuk memecahkan permasahan/problematika pendidikan. Berbagai pandangan/aliran para filsuf dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Salah satu filsafat yang mempunyai dampak besar terhadap ilmu pengetahuan adalah aliran realisme. Realisme berasal dari kata realis yang artinya ada atau nyata dan berasal dari kata realisity yang berarti fakta dan kenyataan.

Aliran realisme (sering disebut juga neorasionalisme) merupakan aliran filsafat yang mempunyai pandangan realitas secara dualistis yaitu terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani. Selain itu, realisme merupakan filsafat hasil sintesis dari filsafat idealism Immanuel Kant dan filsafat empirisme John Lock. Artinya aliran realisme dapat dilihat dalam dua bagian. Suatu realitas di luar diri manusia yang dapat dijadikan subjek sadar dan berpengetahuan di satu sisi dan sebagai objek pengetahuan manusia di sisi lain.

Dikutip dari penelitian Yuliyanti et al., 2023 terdapat tiga bentuk aliran realisme diantaranya realisme nasional, realisme klasik, dan realisme agama. Berikut dijelaskan lebih lanjut masing-masing bentuk aliran realisme.

  • Realisme nasional didefinisikan oleh dua aliran pemikiran: realisme klasik dan realisme agama. Kedua aliran realisme ini mempunyai pandangan yang sama bahwa dunia fisik adalah nyata dan ada di luar imajinasi orang yang mengamatinya.
  • Realisme klasik (juga dikenal sebagai humanisme rasional) adalah aliran pemikiran yang berasumsi bahwa manusia mempunyai sifat rasional. Oleh karena itu, dunia dipahami dengan akal budi, dengan menerapkan prinsip pembuktian diri. Alam berarti bahwa manusia dapat sampai pada kebenaran umum melalui prinsip-prinsip pembuktian tentang realitas dan kebenaran pada saat yang bersamaan.
  • Realisme agama adalah pandangan dualistik terhadap realisme yang terdiri dari dua tatanan: alam dan supranatural. Kedua ordo tersebut fokus pada Tuhan. Tuhan adalah pencipta alam semesta dan bersifat kekal. Kemajuan diukur dengan keabadian yang terjadi di alam. Kebenaran dan kebaikan tidak diciptakan, namun ditentukan.

Selanjutnya, menurut  Saragih et al., 2017 terdapat tiga konsep aliran realisme diantaranya realismetafisika, realis epistemologis, dan realis aksiologis. Berikut penjelasannya.

  • Realis metafisika menekankan kepercayaan pada realitas dunia material yang nyata dan ada, serta bebas dan terlepas dari pikiran para pengamat. Realis metafika memandang bahwa pemahaman didasarkan pada hal yang benar-benar nyata. Segala objek terdiri dari beberapa materi yang menjadi dasar dari semua eksistensi. Materi memiliki potensi dibentuk dan diatur menjadi makhluk apa saja.
  • Realis epistemologis menekankan pada asumsi bahwa ada tatanan realitas objektif yang terdiri dari objek yang bebas terhadap pengetahuan manusia tentangnya. Objek tersebut didahului oleh pengetahuan atau pengalaman manusia. Namun, manusia mampu mengetahuinya dengan teliti melalui indera dan akal sehatnya. Pengetahuan didefinisikan sebagai ilmu tentang suatu benda yang melibatkan interaksi pikiran dan dunia di luar pikiran manusia.
  • Realis aksiologis menekankan bahwa manusia dapat menilai nilai sifat dasar suatu benda melalui pengetahuan. Nilai suatu tindakan terletak pada objek atau hubungan antar objek, yang dapat dirasakan, dinilai, dan dievaluasi.  Realisme berpendapat bahwa setiap tindakan atau objek pada dasarnya dapat dinilai baik atau buruk, benar atau salah, indah atau jelek.

Adapun tokoh-tokoh aliran realisme yang paling terkenal adalah Aristoteles yang merupakan murid Plato. Aristoteles memiliki pemikiran yang sangat kritis, ia menunjukkan kepada Plato gurunya bahwa ia sangat mencintai kebenaran. Hal ini membuatnya mengkritik gagasan idealisme Plato yang berpendapat bahwa segala sesuatu, selain pengetahuan indra, adalah gagasan. Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk jasmani dan rohani. Aristoteles mengakui bahwa manusia, sebagai makhluk material, mendapati dirinya berada dalam situasi yang bersifat material dan sosial dalam kehidupannya. 

Manusia sebagai makhluk spiritual menyadari bahwa dirinya mengupayakan proses yang lebih tinggi menuju manusia ideal (Kristiawan, 2016). Selain itu, John Locke merupakan tokoh realisme. John Locke percaya bahwa akal manusia pada awalnya dipandang sebagai kertas kosong. Pengalaman memegang peranan penting saat mengisi lembar. Menurut John Locke, pengalaman dapat dibedakan menjadi dua hal. Artinya, semua pengetahuan berasal dari pengalaman, dan apa yang diketahui melalui pengalaman bukanlah objek yang ingin diketahui, melainkan kesan indra manusia (Saragih et al., 2017).

Gambar 2. Tokoh Realisme: Aristoteles dan John Locke, Sumber: https://3quarksdaily.com/3quarksdaily/2019/05/what-aristotle-and-john-locke-said-about-p

Aliran realisme ini kemudian berimplikasi pada bidang pendidikan. Menurut penelitian (Yuliyanti et al., 2023, implikasi aliran realisme pada pendidikan dapat ditinjau dari tujuan pendidikan, kurikulum/isi pendidikan, metode pendidikan, serta peran pendidik peserta didik. Diuraikan lebih lanjut sebagai berikut.

  • Tujuan pendidikan dalam arti praktis adalah untuk membantu masyarakat beradaptasi dengan kehidupan dan menjadi bertanggung jawab secara sosial. Pendidikan senantiasa dapat membantu peserta didik untuk mencapai kebahagiaan dengan mengembangkan potensi diri secara optimal. Hal ini akan bermuara pada peserta didik yang memiliki kemampuan unggul, bijaksana, rasional, dan sosial. Selain itu, peserta didik memiliki keseimbangan intelektual guna mempersiapkan kehidupan melalui pengetahuan dasar (esensial) sehingga peserta didik dapat beradaptasi dengan baik dalam lingkungan fisik atau sosial.
  • Kurikulum sekolah yang realistis bersifat komprehensif dan mencakup sains, matematika, humaniora, ilmu sosial, dan  nilai-nilai. Kurikulum mencakup unsur pelatihan akademis dan praktis. Kurikulum dapat disusun berdasarkan mata pelajaran dan berpusat pada mata pelajaran.
  • Metode pendidikan menurut aliran realisme adalah kepercayaan bahwa pembelajaran berpedoman pada pengalaman yang dialami. Hal ini membuat penyampaian materi pembelajaran diharuskan menggunakan metode penyampaian yang logis, psikologi, bertahap, dan berurutan.
  • Peran guru adalah sebagai fasilitator, menyampaikan serangkaian ide dasar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan materi pelajaran dan isinya.Bagi penganut realisme, kegiatan diskusi kelas dan eksperimen laboratorium sangat efektif.

Referensi: 

Kristiawan. 2016. Filsafat Pendidikan: The Choice Is Your. Yogyakarta: Valia Pustaka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline