Lihat ke Halaman Asli

Desak Jeny

Kepala Bidang PKN Kanwil DJKN Bali Nusa Tenggara / Penyuluh Antikorupsi Pertama/ Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Merdeka Belajar dan Pendidikan Karakter, Saat Kebebasan Berpadu dengan Tanggung Jawab

Diperbarui: 25 November 2024   23:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konsep Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada siswa dalam mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Kebebasan ini hadir sebagai upaya untuk menjawab kebutuhan pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman, terutama di era digital yang penuh tantangan. Namun, kebebasan dalam belajar harus dipahami sebagai ruang untuk bertanggung jawab, bukan peluang untuk bebas tanpa batas. Dalam konteks ini, pendidikan karakter, terutama nilai-nilai integritas, memegang peranan penting.

Kebebasan yang diberikan oleh Merdeka Belajar memungkinkan siswa untuk belajar secara lebih fleksibel dan kreatif. Dengan pendekatan seperti pembelajaran berbasis proyek, siswa dapat memilih topik yang sesuai dengan minat mereka, menyelesaikan tugas dengan cara yang inovatif, dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Namun, kebebasan ini juga membawa risiko. Tanpa arahan yang jelas, siswa dapat kehilangan fokus, mengabaikan tanggung jawab, atau bahkan terjerumus pada tindakan yang tidak etis, seperti plagiarisme atau ketidakjujuran dalam menyelesaikan tugas (Kemdikbudristek, 2021).

Dalam hal ini, pendidikan karakter menjadi kunci untuk memastikan bahwa kebebasan yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan cara yang bertanggung jawab. Integritas, sebagai salah satu nilai utama pendidikan karakter, mengajarkan siswa untuk bertindak jujur, memegang prinsip moral, dan memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Nilai ini tidak hanya penting dalam konteks akademik, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, siswa yang memiliki integritas akan menyelesaikan tugas dengan usahanya sendiri, menghormati hak orang lain, dan memahami pentingnya kerja keras untuk mencapai tujuan.

Peran guru dan orang tua sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai ini. Guru dapat mengintegrasikan nilai-nilai integritas ke dalam pembelajaran dengan memberikan ruang bagi siswa untuk mengambil keputusan, tetapi tetap memberikan panduan yang jelas. Misalnya, dalam tugas berbasis proyek, siswa dapat diberi kebebasan memilih tema, namun kriteria penilaiannya harus mencerminkan pentingnya tanggung jawab dan kerja keras. Selain itu, guru dapat memfasilitasi diskusi reflektif yang membantu siswa memahami konsekuensi dari setiap pilihan mereka.

Orang tua juga memiliki peran sentral dalam mendukung pendidikan karakter di rumah. Komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak menjadi hal yang sangat penting untuk membantu anak memahami nilai-nilai seperti kejujuran dan tanggung jawab. Orang tua juga perlu memantau aktivitas digital anak, mengingat teknologi sering menjadi area di mana integritas diuji, seperti dalam kasus plagiarisme atau penyebaran informasi yang tidak valid. Lebih dari itu, keteladanan orang tua dalam kehidupan sehari-hari adalah kunci utama. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat, sehingga sikap jujur dan bertanggung jawab yang ditunjukkan orang tua dapat menjadi teladan yang efektif (Lickona, 2019).

Kebebasan dan tanggung jawab bukanlah dua hal yang saling bertentangan, melainkan dua sisi dari satu mata uang. Dalam konteks Merdeka Belajar, harmoni antara keduanya adalah kunci untuk mencetak generasi muda yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga bermartabat secara moral. Integritas memastikan bahwa kebebasan dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti mengembangkan potensi diri, membantu orang lain, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Dengan demikian, pendidikan yang berfokus pada kebebasan dan tanggung jawab dapat melahirkan individu-individu yang tidak hanya sukses dalam karier, tetapi juga menjadi teladan dalam kehidupan sosial.

Pendidikan sejati bukan hanya tentang mengisi kepala dengan pengetahuan, tetapi juga membentuk hati dengan nilai-nilai. Dengan Merdeka Belajar yang dilandasi pendidikan karakter, kita sedang membangun sistem pendidikan yang tidak hanya mencetak siswa yang pintar, tetapi juga manusia yang berintegritas tinggi dan berkontribusi untuk kebaikan bersama.

Daftar Pustaka


Kemdikbudristek. (2021). Kebijakan Merdeka Belajar. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Lickona, T. (2019). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline