Lihat ke Halaman Asli

KKN UMD 2022: Mahasiswa KKN Unej Mengulik Kesenian Hadrah Desa Kabuaran

Diperbarui: 6 September 2022   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Desa Kabuaran menjadi salah satu desa yang terletak di ujung tertinggi pada Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Dalam interaksi sehari-hari, masyarakat di Desa Kabuaran menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa utama. 

Desa ini memiliki sejarah dan berbagai keunikan termasuk budaya leluhur yang masih terus dilestarikan hingga saat ini. Salah satu keunikan yang dimiliki oleh Desa Kabuaran yaitu terdapatnya Kampung Jawa. Kampung Jawa merupakan kampung yang berada di tengah masyarakat etnis Madura yang berisikan penduduk jawa asli dengan budaya jawa yang masih kental didalamnya. 

Selain keunikan Kampung Jawa, Desa Kabuaran juga terkenal dengan budaya agama islam yang cukup kuat. Salah satunya adalah hadrah sebagai salah satu kesenian agama islam yang telah terbentuk sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kesenian hadrah termasuk warisan budaya yang ada di Desa Kabuaran.

Kesenian hadrah merupakan kesenian religi yang meliputi seni suara, seni musik dan seni tari. Di dalam kesenian hadrah berisi shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang digunakan untuk menyiarkan ajaran agama islam. Istilah hadrah berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti "hadir atau hadlir". 

Hadlir yang dimaksud adalah bagaimana manusia sebagai hamba Allah SWT bisa merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan. Kesenian hadrah diiringi dengan permainan beberapa alat musik diantaranya rebana, bass, calti, tung, dan marawis. Pada saat ini kesenian hadrah telah berkembang di berbagai daerah, termasuk di Desa Kabuaran Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. 

Di Desa Kabuaran, hadrah berdiri pada tahun 1985, lebih tepatnya di daerah Kabuaran Utara dengan nama "Al-Hikmah". Pada awal berdiri, kesenian hadrah tersebut di pelopori oleh bapak Khairi yang hingga saat ini menjadi sesepuh dalam kesenian hadrah di Desa Kabuaran. 

Tujuan utama didirikannya kesenian hadrah di Desa Kabuaran adalah sebagai wadah bagi para santri ataupun anak muda untuk mengembangkan minat dan bakat khususnya pada bidang kesenian islam. 

Awal mula pembentukan kesenian hadrah tersebut dipicu oleh keseharian para santri ataupun anak mudanya terlihat kurang mengikuti kegiatan yang mengarah pada pengembangan bakat dan minat. Para santri dan anak muda lebih memilih menghabiskan waktunya untuk bermain.

Oleh karena itu, dengan melihat fenomena tersebut bapak Khairi memutuskan membentuk kesenian hadrah di Desa Kabuaran dengan tujuan untuk menghimpun dan menyatukan para pemuda dalam satu organisasi islam. Budaya hadrah selain bertujuan sebagai wadah pengembangan minat dan bakat juga berfungsi sebagai media dakwah di Desa Kabuaran. 

Disamping itu, juga sekaligus sebagai bentuk melestarikan warisan budaya islam. Dengan melestarikan kesenian hadrah, Desa Kabuaran dapat lebih mudah untuk mendidik dan mengubah tingkah laku masyarakat agar lebih memiliki kegiatan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. 

Tujuan tersebut senantiasa dipegang teguh hingga saat ini, meskipun tidaklah mudah untuk mengembangkan hadrah. Hal tersebut dibuktikan dengan grup hadrah Desa Kabuaran yang masih tetap eksis sampai saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline