Lihat ke Halaman Asli

Memupuk Rasa Solidaritas Anak dalam Permainan Tradisional "Meong-meongan"

Diperbarui: 11 Desember 2022   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bangsa Indonesia merupakan Negara yang memiliki beragam kebudayaan mulai dari suku, bahasa, pakaian adat, rumah adat, makanan khas, alat music tradisional dan permainan tradisional. Indonesia memiliki beragam permainan tradisonal yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Banyak pilihan -- pilihan permainan tradisional yang bisa kita mainkan bersama. Bagi kita yang lahir di era 80-an atau 90--an sangat akrab sekali dengan yang namanya permainan tradisonal. Zaman dahulu di era anak -- anak yang tidak seperti sekarang ini melek teknologi, permainan tradisonal menjadi salah satu alternative kegiatan yang bisa kita lakukan bersama teman -- teman untuk mengisi hari. Begitupula, dengan anak -- anak masyarakat Bali yang mengenal beragampermainan tradisional Bali, salah satunya permainan tradisonal meong -- meongan. 

Anak -- anak masyarakat Bali zaman dahulu sangat akrab sekali dengan istilah permainan meong -- meongan. Seiring zaman, anak- anak yang lahir di era 2000-an semakin jarang mengenal permainan tradisional Bali saalah satunya permainan meong -- meongan. Untuk itulah, ada program dari pemerintah Bali mengharuskan setiap hari Kamis anak -- anak sekolah diwajibkan untuk memakai pakain adat Bali, pembelajaran menggunakan bahasa Bali dan memperkenalkan budaya Bali. Dari kebijakan pemerintah Bali tersebut, dimanfaatkan guru -- guru TK dan Sekolah Dasar untuk mengenalkan permainan meong -- meongan di lingkungan sekolah.

Permainan meong -- meongan yang diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu 'permainan kucing -- kucingan' ini merupakan permainan yang dimainkan secara berkelompok terdiri atas 10 -- 15 orang anak. Dalam permainan meong -- meongan 1 orang anak berperan sebagai meong atau 'kucing', 1 orang anak berperan sebagai bikul atau 'tikus' dan anak -- anak yang lain akan membuat benteng atau perlindungan dengan membuat bentuk lingkaran. 

Aturan dalam permainan meong -- meongan ini adalah anak yang menjadi bikul atau 'tikus' harus berada di dalam lingkaran, sedangkan anak yang berperan sebagai meong atau 'kucing' berada di luar lingkaran. Dalam permainan meong -- meongan akan diiringi dengan lagu yang dinyanyikan oleh anak -- anak yang menjadi benteng. Pada saat anak -- anak yang menjadi benteng sudah menyanyi 'juk meong juk bikul, juk meong juk bikul, juk meong juk bikul' pada saat itulah anak yang menjadi meong atau ' kucing' akan berusaha menangkap 'bikul' atau tikus yang berada di dalam lingkaran. Anak -- anak yang membuat benteng akan berusaha untuk melindungi bikul atau 'tikus' agar tidak ditangkap oleh meong atau ' kucing' dengan cara menghalang -- halangi meong 'kucing' agar tidak masuk ke dalam lingkaran.

Permainan meong -- meongan memiliki pesan moral yang terkandung dalam permainannya. Semua jenis permainan tradisonal adalah permainaan yang bersifat social. Salah satu fungsi permainan rakyat tersebut adalah untuk mengadakan komunikasi, baik dengan lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya. Permainan tradisional mengajarkan sikap social pada anak -- anak salah satunya adalah sikap melatih sikap solidaritas. 

Solidaritas dapat diartikan sebagai sebuah rasa kesetiakawanan, kekomapakan, dan kebersamaan suatu kelompok untuk mencapi tujuan dan keinginan secara bersama -- sama. Melatih sikap atau nilai solidaritas anak pada permainan meong -- meongan terlihat ketika anak -- anak yang menjadi benteng harus melindungi yang lemah digambarkan oleh anak -- anak yang berperan sebagai benteng untuk melindungi bikul atau 'tikus' dari kejaran meong atau 'kucing'. Sikap solidaritas dalam permianan meong -- meongan ini anak -- anka belajar untuk saling bekerjasama dan kompak ketika membuat benteng yang kuat agar anak yang bereperan sebagai meong atau 'kucing' tidak bisa merusak benteng yang dibuat oleh anak -- anak untuk melindungi bikul atau 'tikus'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline