Lihat ke Halaman Asli

Bengkel Sastra Jakarta Suguhkan Tawa dan Sentilan

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"CATATAN PEMIMPIN"

BENGKEL SASTRA JAKARTA

(Koleksi Foto dari Putri Azka Gandasari)

Bengkel Sastra Jakarta yang merupakan transformasi dari Bengkel Sastra UNJkembali memecah tawa penonton.Komunitas penggiat teateryang telah berdiri sejak 4 September 2008 ini menyuguhkan lakonyang berjudul ‘Catatan Pemimpin’.Naskah tersebut merupakan buah karya dari Dwi Suprabowo yang merupakan alumni jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNJ. Pementasan ini diselenggarakan di gedung Menza, Salemba dari 4-5 Maret 2015 pukul 16.00 WIB.

Bengkel Sastra Jakarta yang biasa disebut Bengsassudah cukup banyak menyelenggarakan pementasan teater salah satunya yaitu ‘Tanah Perempuan’, ‘Hantu dan Pohon Putih’, dan ‘Tokoh-Tokoh’. Lakon-lakon yang dipentaskan Bengsas mampu menjadi wadah kritik dan dapat menginspirasi penonton.

‘Catatan Pemimpin’ menceritakan tentang seorang ratu kejam yang sangat gelisah karena pemerintahannya sedang kacau balau. Mulai dari bermunculannya pemberontakan terhadap rezimnya sampai menghilangnya abdi dalem secara misterius. Mungkin mereka lari karena kerajaan yang sudah bobrok atau mungkin dibunuh karena unsur politik. Namun, masih ada yang setia dengan sang ratu, yakni satu orang penasihat dan dua pengawal muda yang masih kikuk. Kisah ini dimulai karena sang ratu memutuskan untuk meninggalkan kerajaannya. Ternyata penasihatlah yang berada di balik semua kejadian ini. Ia lah orang yang paling berambisiuntuk menggulingkan sang ratu yang kejam itu dengan kekejaman yang baru. Namun, pada akhirnya bukan penasihatlah yang mendapatkan tahta, justru pengawallah yang mendapatkannya.

Adegan dimulai dengan tarian yang menghentak dan dipadu musik yang pas mampu menyedot fokus penonton. Kemudian beberapa rakyat berteriak-teriak menginginkan ratu untuk turun tahta atau menggulingkannya. Hal ini membuat ratu tambah was-was. Dalam lakon ini juga disuguhkan dialog-dialog yang menyentil mengenai pemimpin. Tidak hanya itu, penonton juga dibuat tertawa dengan adegan dan dialog yang lucu antara kedua pengawal.

Sayangnya pementasan ini tidak ditampilkan dalam gedung pertunjukkan khusus untuk suatu pementasan teater. Sehingga membuat penonton yang duduk pada deretan kursi bagian belakang sulit untuk melihat lakon yang ada di atas panggung, karena setting kursi yang tidak berundak-undak. Dan, property yang digunakan terlihat seadanya. Walau demikian hal itu tidak menyurutkan antusiame penonton untuk menyaksikan lakon ‘Catatan Pemimpin’.

“Memilah. Kita bisa mengetahui hal-hal apa yang burukdan hal-hal apa yang ga layak. Yang menurut gambaran masyarakat umum itu salah atau buruk maka kita bisa memilahnya, dan memilih hal yang baik.” itulah pesan yang hendak disampaikan sang sutradara sekaligus penulis naskah ini yaitu Dwi Suprabowo. Pria kelahiran 28 Oktober 1989 ini sukses menyutradarai pementasan. Penyabet juara naskah drama dalam ajang Peksimida ini memang patut untuk dipentaskan, karena kaya akan pesan moral untuk masyarakat dan generasi muda terkait kepemimpinan. Pementasan ditutup dengan jargon Bengsas, “Apa lihat-lihat! Kami aktor, bukan televisi! Huh!”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline