Lihat ke Halaman Asli

Terpaksa

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Meski sebenarnya bukan hal yang menyenangkan buat gua, ketika diminta untuk menemani Iin. Tapi jika gua menolak ajakannya, sudah pasti hal yang lebih tidak menyenangkan akan gua terima lebih parah lagi.

"Loe malu yah, kalo nemenin gua jalan-jalan ya, Bang?" Begitu selalu yang dikatakan Iin jika penolakan itu gua berikan. "..Gua tau kalo gua gak cantik dan menarik, Bang. Hidung gua juga pesek. Pasti elo malu kalo jalan-jalan sama gua." Dan seperti biasa, Iin akan terus menghajar hati nurani gua yang memang sebenarnya gak tegaan sama orang lain.

Keterpaksaan itu membuat gua tidak merasa nyaman selama menemani Iin jalan-jalan. Terlebih sikap Iin yang kadang berlebihan dan tidak sadar diri.

"Gua ini jelek ya, Bang?"tanya Iin terus menerus, ketika melihat banyak orang yang bersikap langsung menghindar dan melepas tatapan aneh kepadanya ketika berpapasan.

"Enggak..Biasa aja,"Jawab gua sekenanya.

"Apa karena rambut gua acak-acakan ya, Bang?"

"Hmm..rambut kamu bagus, Kok."

"Baju gua mungkin , Bang?"

"Akh, gak juga. Baju kamu bagus, kok.."

Begituu..terus. Gua sebenarnya udah tau kenapa orang-orang itu bersikap seperti itu. Tapi gua gak tega untuk ngomong langsung sama si Iin.

"Tapi, kok..orang-orang pada ngeliatin gua kayak begitu, Bang? Kayak orang yang geli dan jijik banget ngeliat gua." Iin semakin penasaran melihat sikap orang-orang itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline