Lihat ke Halaman Asli

Des One Ramadhony

Masih Pemula dalam dunia penulisan, dan mencoba ingin mengembangkannya.

Dialektika Frekuensi dengan Kosmologi Diri

Diperbarui: 8 Februari 2023   02:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

 Manusia adalah makhluk social dan biologis, yang tentunya memiliki problematika kehidupan dan hirarki fisiologi tubuh yang dimiliki. Kedua hal ini terkadang compatible untuk menangkal stress yang ada demi meningkatkan 'hormon bahagia'. Hal ini menjadi keresahan yang akan dibahas pada artikle ini.

 Di era saat ini manusia tidak bisa lepas untuk mendengarkan musik, dimana berada pasti ada lantunan musik entah itu genrenya apa? Bandnya apa? Tujuannya beragam ada yang untuk mengisi keheningan, untuk hiburan atau pemantik semangat untuk melakukan aktivitas . Yang mana hal ini secara tidak langsung sudah menjadi budaya komunal di masyarakat. Dan tanpa mereka sadari ada frekuensi yang dapat meresonansi energi sebagai afirmasi kepada orang yang mendengar.

 Dalam sejarah, angkatan perang Nazi pernah mengunakan frekuensi untuk mempropaganda kepada musuh perangnya. Nazi menemukan cara memproganda yang efektif dengan memanfaatkan frekuensi 432 hertz, Hal ini diungkapkan Laurent Rosenfeld pada artikel yang berjudul How the Nazis Ruined Musical Tuning (September 1988).

Dan ada frekuensi yang menarik yaitu frekuensi solfeggio, frekuensi ini dikenal dapat menembus fikiran sadar dan bawah sadar, dapat juga menenangkan atau menjaga keharmonisan dalam jiwa. Frekuensi Solfeggio dikaitkan dengan sejarah kuno dan dianggap sebagai suara dasar Kekristenan India Barat dan Timur. 

Dalam agama Kristen Barat, frekuensi ini dinyanyikan oleh para biarawan Gregorian. Dalam agama India Timur, frekuensi ini ditemukan dalam nyanyian Sansekerta India kuno. Hal ini ditemukan kembali pada 1974 oleh Dr. Joseph Puleo, seorang psikolog dan peneliti dari Amerika. Dan frekuensi solffegio  terdiri dari sembilan frekuensi yaitu : 432 HZ, 528 HZ, 396 HZ, 639 HZ, 741 HZ, 852 HZ

 Dalam ilmu kosmologi diri jawa kuno, mereka mempunyai teori yang dinamakan Panca maya kosa. Dari kata panca sudah dapat diartikan memiliki lima lapisan dalam diri manusia.  Berikut penjelasan lapisan Panca maya kosa:

  • Annamaya Kosa
  • Pranamaya Kosa
  • Manomaya Kosa
  • Vijnanamaya Kosa
  • Anandamaya kosa

Setiap lapisannya memiliki penyerapan atau reaksi pada suatu frekuensi yang berubah menjadi energi. Canggih bukan? Nenek moyang suku jawa sudah membuat teori kosmologi diri secara komprehensif dan fundamental. 

Pentransferan frekuensi dari suatu musik yang menjadikan kekuatan energi afirmasi. Frekuensi, hal yang selama ini dianggap sederhana ternyata begitu kompleks untuk dipahami dan dapat digunakan sebagai senjata maupun meditasi tergantung penggunaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline