Lihat ke Halaman Asli

Resolusi 2014: Menjenjakan kaki di Tanah Kumpeni

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dimodelkan dalam grafik, garis hidup adalah fungsi matematika

yang kompleks dan tak bisa dimodelkan dengan akurat dengan analisis secanggih

apapun. Tapi yang pasti ada siklus sinusoidal yang menyusun fungsi itu.

Dan seredup apapun mimpi itu, Aku tak pernah membiarkannya padam. Karena

aku  meyakini bahwa keberadaan cita-cita akan membuka pintu ruang

kemungkinan yang nisbi, sementara ketiadaan cita-cita berarti ketidakmungkinan

yang mutlak. Dengan adanya keyakinan maka ruang ikhtiar akan terjadi,

dan ikhtiar bisa jadi berbuah seperti yang kita inginkan atau bisa jadi tidak. Ada

probabilitas di sini untuk sukses atau gagal. Sebaliknya, ketiadaan cita-cita akan

memberikan hasil yang absolut; ketiadaan. Coba saya jelaskan dengan kalimat

yang (tidak) indah berikut: “If you aim nothing you will do nothing, and the

result must be nothing. So, you can only hope nothing for nothing”.(Rihan Handaulah)

Kalimat menarik itulah yang membuatku terkesima saat aku membaca coretan buku Laskar Beasiswa yang diterbitkan oleh Atase Pendidikan & Kebudayaan KBRI  Den Haag Belanda dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda. Yup Impian adalah hal yang begitu urgent dalam hidup ini, karena ia akan membuat kita punya arah untuk berikhtiar, membuat kita punya energi untuk melawan kesulitan dan ciptakan kekuatan untuk bangkit saat kita jatuh. Kalimat di atas pula yang membuatku kembali buat impian besar untuk tahun 2014, impian untuk menaklukan kembali eropa seperti yang kulakukan 2 tahun lalu. Jika pada tahun 2011 aku sudah bisa menaklukan Inggris raya lewat beasiswa Pelatihan Dikti, maka 3 tahun kemudian aku ingin taklukan eropa daratan, khususnya negara Benelux melalui program beasiswa yang ditawarkan oleh Komisi Uni Eropa, NESO, DAAD, maupun donatur beasiswa lainnya.

Eropa adalah sebuah tempat yang unik, tempat di mana revolusi industri lahir, tempat di mana banyak peninggalan saintifik dan budaya berserakan di sana untuk dipelajari. Hal itu membuatku terus mencipta impian., Impian untuk kembali  ke sebuah benua yang masyarakatnya sangat berbudayadan menjunjung tinggi keteraturan dan ketertiban. Hal yang langka ditemui di negri ini. Karena dulu tlah kujejaki Kepulauan Inggris Raya, maka kini dengan tekad yang kuat ingin kujejaki eropa daratan khususnya Negara si kumpeni, Belanda.

Impian itu pula yang membuatku kembali berkutat kembali dengan segala macam persoalan IELTS dan TOEFL, agar skor kemampuan bahasa Inggrisku kian meningkat. Sebuah prasyarat yang menjadi setengah nyawa kita apabila kita ingin bersekolah di negeri orang yang menggunakan bahasa inggris sebagai pengantarnya.

Banyak jalan menuju Roma, begitu juga ke Belanda. Pada awal tahun depan NESO membuka beberapa varian beasiswanya seperti Stuned,Huygens Scholarship, Nuffic Scholarshic dan Orange Tulip Scholarships Jika beerbagai varians beasiswa tadi kurang memungkinkan aku bisa mendaftar beasiswa LPDPyang dikelola oleh Departemen Keuangan untuk para professional muda di Indonesia. Jika itu Luput layaknya Red Bull yang penuh energy akibat minum kratingdaeng aku akan terus juga mencari kesempatan untuk bisa menjejakan kaki di negeri di bawah lautan tersebut. Salah satu opsi yang bisa dipilih kembali adalah mengikuti Lomba menulis blog yang diselenbggarakan oleh Neso Indonesia setiap bulan April-Mei, yang bernama Kompetiblog. Even itu biasanya secara regular setiap tahun mengirimkan dua orang penulis blog terbaiknya untuk menjalani Utrecht Summer School selama 2 minggu di negeri Van Orange pada bulan juli atau agustus 2014.

Kewajiban manusia adalah berencana dan berikhtiar, sisanya biar Allah yang memilihkan jalan yang lebih indah dalam hidup kita. Seperti mengutip apa kata Mas Rihan dalam buku tersebut

“If you really want something, you must give everything necessary. Sebagai penggemar sepakbola yang juga penikmat Barcelona, aku berusaha belajar banyak dari filosofi permainan sepakbola Barcelona. Dari Barca aku belajar satu aturan penting dalam hidup, jika kamu ingin membuat gol yang banyak maka rumusnya ialah kuasai bola selama mungkin (ball possession) serta yang paling penting ciptakan peluang sebanyak mungkin (shoot on goal). Urusan pada akhirnya kamu kalah maka silakan salahkan Mourinho dan Di Matteo yang memarkir alam semesta di depan gawang”.

Ya Bermimpilah Karena Tuhan akan menangkap mimpi-mimpimu (Arai, Sang Pemimpi).

lets dreaming and make it real!

So Tunggu aku di Belanda tahun depan !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline