Lihat ke Halaman Asli

Mengulik Sejarah Emas Desa Ujan Mas

Diperbarui: 6 September 2024   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pj. Gubernur Sumsel & Pj. Bupati saat meresmikan Jembatan Air Lematang di Desa Ujan Mas Lama. Dokumentasi: Bagian Prokopim Muara Enim

Peradaban masa kini selalu tak dapat dilepaskan dari peradaban masa lalu yang meninggalkan jejak sejarahnya, sampai saat ini. Melalui ilmu Sejarah, peradaban masa lalu dapat diketahui keberadaannya secara urutan peristiwa yang terjadi (berdasarkan kronologis). Sehingga para pembelajar mendapatkan ruang dan akses untuk mengetahui Sejarah suatu peradaban. Sejarah menjadi cabang ilmu yang penting untuk dipelajari, karena kegunaannya sangat berharga untuk mengulik dan menelisik secara mendalam tentang suatu masa. Sebegitu pentingnya Sejarah, Bung Karno bahkan pernah mempropagandakan semboyan bernama JAS MERAH atau yang berarti Jangan Sekali -- Sekali Meninggalkan Sejarah. Hal ini juga mengindikasikan bahwa Sejarah tak boleh ditinggalkan dan dilupakan. Maka itu, dalam banyak ruang belajar, Sejarah menjadi prioritas bahan ajar yang harus dipelajari oleh generasi penerus bangsa.

Setiap masa memiliki Sejarah dan setiap peradaban memiliki Sejarah. Setiap daerah memiliki Sejarah, karena melalui Sejarah dapat dilihat asal mula keberadaan suatu tempat. Tak terkecuali desa sebagai unit terkecil pembentuk suatu bangsa. Muara Enim sebagai salah satu kabupaten yang terdapat di Indonesia juga menyimpan Sejarah di setiap desanya. Secara administratif, Muara Enim terdiri dari 22 kecamatan, 246 desa dan 10 kelurahan. Di setiap wilayah ini memiliki cerita masing-masing yang menjadi dasar berdirinya desa. Secara umum berdasarkan penelusuran dan kajian pustaka, setiap desa didirikan saat masa kepuyangan (nenek moyang) yang lebih dulu ada dan menetap di wilayah tersebut.

Kecamatan Ujan Mas terdiri atas desa - desa yang memiliki Sejarah berdiri di masa kepuyangan. Kecamatan Ujan Mas terbagi atas 9 desa yakni Desa Ujan Mas Lama, Ujan Mas Baru, Ujan Mas Ulu, Pinang Belarik, Guci, Ulak Bandung, Tanjung Raman, Muara Gula Lama dan Muara Gula Baru. Dulunya, sebelum ada nomenklatur dan sistem pemerintahan berbentuk kecamatan, pada tahun 1830, pemerintah kolonial Belanda membentuk sistem pemerintahan Marga (sekarang kecamatan). Marga Tambelang Ujan Mas terbentuk atas tiga desa awal yakni Desa Ujan Mas Lama, Desa Pinang Belarik dan Desa Guci. Marga dipimpin oleh Pasirah atau Depati sedangkan dusun atau desa dikepalai oleh Kerio. Bagi dusun yang menjadi ibukota marga maka akan dipimpin oleh seorang Pembarap. Pembarap sewaktu -- waktu dapat mewakili Pasirah atau Depati jika dibutuhkan.

Jauh sebelum adanya persatuan antar dusun di Desa Ujan Mas, masing-masing dusun atau desa masih terpisah dan tidak saling bersama dalam merajut tali pemerintahan. Masing-masing dusun memiliki puyang atau leluhur pendahulu. Sesungguhnya, Desa Ujan Mas dibentuk dari beberapa jungku (kelompok masyarakat). Dari jungku kemudian berubah menjadi talang. Dari talang kemudian berubah menjadi dusun. Ada 6 dusun yang saat itu terpisah dan akhirnya membentuk satu desa yakni Dusun Talang Tinggi, Dusun Cuhuh atau Mutung, Dusun Talang Nyiur, Dusun Remantai, Dusun Karang Belimbing serta Dusun Ruguk Raje dan Ruguk Depati. Keenam dusun inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Marga Tambelang Ujan Mas. Sebelum kedatangan Puyang Purnawan Jaga Lenggang atau lebih dikenal dengan gelar Puyang Bangbenguk, keenam dusun ini masih terpisah dan menjalankan roda pemerintahan masing - masing. Setelah datangnya Puyang Bangbenguk, barulah saling bersatu.

Berdirinya Desa Ujan Mas tak bisa dilepaskan dari sosok Puyang Bangbenguk. Menurut penuturan Yunar, Ketua Lembaga Adat Kecamatan Ujan Mas yang juga merupakan keturunan dari Puyang Bangbenguk, Purnawan Jaga Lenggang datang dari Pulau Madura, Jawa Timur bersama istrinya yang bernama Purnalis dan bersama kerabat lainnya yakni Puyang Kumbang yang kemudian menetap di Dusun Talang Tinggi. Maksud dan tujuan kedatangan Puyang Bangbenguk adalah untuk mencari keberadaan adiknya, Puyang Setie yang telah lebih dulu datang ke wilayah Ujan Mas.

Sebelum benar -- benar bertemu, Puyang Bangbenguk dan Puyang Setie saling adu kekuatan, karena telah lama tidak bertemu sehingga saling tidak mengenal. Tapi, dari pertarungan itu akhirnya mereka saling bersatu karena satu ciri yang sama, yakni memiliki tempurung kelapa yang saling melengkapi. Itulah yang membuktikan bahwa mereka adalah saudara dari keturunan keluarga yang sama. Akhirnya, Puyang Bangbenguk menyatukan seluruh puyang dan dusun yang sebelumnya tidak bersatu. Dijuluki Bangbenguk, karena badannya yang besar dan tinggi, lebar dadanya mencapai 6 hasta.

Para Puyang telah mendiami dan memimpin dusun sebelum adanya Purnawan Jaga Lenggang. Puyang -- puyang tersebut bernama Puyang Radin, Puyang Kimas, Puyang Ki Agung, Puyang Imam Perbe, Puyang Panang Semarang dan Puyang Remindang. Kemudian, Bangbenguk menugaskan puyang -- puyang dan menempatkan mereka dalam struktur pemerintahan seperti struktur pemerintahan desa saat ini. Ada yang mengurusi mengenai tata pemerintahan, ketertiban secara umum, hukum dan adat istiadat, urusan agama, urusan penentuan dan penetapan wilayah. Semua memiliki tugas masing - masing.

Naskah Bebue Ujan Mas - Salah satu peninggalan Puyang Bangbenguk (Puyang Pemersatu Ujan Mas). Dokumentasi: Hariri Gani

Beberapa peninggalan Puyang Bangbenguk dan kepuyangan lainnya yang hingga kini masih dirawat oleh keturunannya yakni Bebue Ujan Mas. Bebue adalah piagam tapal batas dusun atau wilayah dusun Ujan Mas yang ditulis dengan media kulit kayu kaghas dan tintanya berasal dari getah kayu jadam. Bebue ini ditulis dengan huruf Aksara Ulu atau aksara asli dari Muara Enim dan Sumatera Selatan. Bebue ini dimulai dengan lafaz Bismillahirrahmanirrahim yang menandakan bahwa Puyang Bangbenguk sudah beragama islam dan juga merupakan penyebar agama islam di wilayah Ujan Mas. Bebue ini ditulis sekitar tahun 1786 masehi serta ditulis oleh Puyang Setie dan Puyang Kumbang.

Selain itu, terdapat juga peninggalan Puyang Imam Perbe yakni Al -- quran yang ditulis berbahan dasar serat kapas, kujur atau tombak, Meriam, gentong, jeruk 3 serangkai dan piring yang disimpan di sebuah tempat bernama Lunjuk. Lunjuk berbentuk rumah kecil yang memiliki satu tiang dan tanpa tangga. Lunjuk dibuat tak jauh dari rumah generasi penerus atau keturunan Puyang Imam Perbe. Benda -- benda peninggalan ini dijaga dan disimpan, dikeluarkan hanya saat ada acara Sedekah Dusun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline