Lihat ke Halaman Asli

Menikah, Siapa Takut ?

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar orang sepakat bahwa pernikahan adalah sebuah prosesi yang sakral dan diinginkan sebagai sebuah komitmen seumur hidup. Karena itu, setiap orang dengan sangat serius mempersiapkannya. Namun sayang, lebih banyak mereka yang fokus kepada seremonialnya dibandingkan kesiapan hati dan mental pengantin. Itulah mengapa tidak jarang kita melihat pemberitaan cerainya sepasang suami isteri yang sebelumnya mengadakan pesta mewah dan meriah. Sering sekali pasangan yang mau menikah melupakan hal penting yang perlu dipersiapkan agar pernikahan langgeng dan sampai tutup usia.

Mental, karakter, emosi, pola pikir, psikis, dan moral adalah hal-hal penting yang sering disepelekan oleh pasangan yang akan menikah. Mereka merasa bahwa dalam pernikahanlah semua itu akan dibentuk dan berproses dengan alamiah. Ternyata hal itu salah dan berdampak buruk dalam pernikahan. Pernikahan bukanlah sebuah proses untuk kita bisa saling mengenal karakter, mental, dan hal psikologis lainnya. Pernikahan harusnya dimasuki dengan kematangan-kematangan psikologis tersebut.

Tidak mungkin kita bisa membiarkan orang lain masuk ke dunia kita dan hidup satu atap jika keegoisan belum dikikis dalam diri kita. Tidak mungkin kita bisa betah tinggal serumah dengan seseorang jika kita belum bisa menerima keburukkan orang lain. Itulah yang membuat persiapan pernikahan harus dipandang menjadi sebuah momen yang serius. Bukan sekedar mempersiapkan seremonialnya, tetapi lebih lagi mempersiapkan didiri secara psikologis. Karena itu, persiapan pernikahan harus dimulai ketika kita belum punya pacar. Kita belajar bersabar menerima orang lain. Kita belajar bagaiamana memaafkan kesalahan orang lain. Dan kita belajar menempatkan kepentingan bersama lebih utama dibandingkan dengan kepentingan pribadi.

Ketika kita sudah mulai bisa bersabar dan mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain dengan baik dan tepat, maka kita bisa memulai untuk memasuki proses berpacaran, Momen berpacaran adalah momen dimana kita saling mengenal satu dengan yang lain. Pernikahan bukan ajang untuk mempersiapkan diri, tetapi orang yang telah siaplah yang harusnya memasuki proses pernikahan. Karena pernikahan yang tidak beres akan berdampak besar bagi anak-anak yang dilahirkan. Pernikahan yang tidak beres hanya akan menghasilkan anak-anak yang punya luka batin dan kekecewaan terhadap keluarga. Kekecewaan itu akan bertumbuh membuat dia tidak lagi nyaman dengan komunitas lain dalam ruang lingkup yang lebih luas. Karena itu, siapapun yang akan menikah ingatlah ada sebuah tanggung jawab besar yang akan kita tanggung. Apakah kita akan menghasilkan anak-anak yang penuh luka dan kekecewaan terhadap kehancuran keluarganya?? Atau kita menghasilkan anak-anak yang bertumbuh dengan baik secara mental, emosi, dan kepribadian??

Setiap pilihan selalu ada konsekuensinya. Karena itu persiapkanlah dengan serius pernikahan anda. Jangan sampai anda menyesal dan menjadi penyebab munculnya anak-anak yang penuh dengan luka batin. Ingat mereka adalah generasi penerus bangsa yang nantinya akan menentukan gerak langkah bangsa ini. Selamat mempersiapkan pernikahan anda dengan serius dimulai saat anda masih sendiri. Demi pernikahan yang lebih baik dan juga demi kemajuan bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline