Usia muda merupakan usia peralihan antara masa anak-anak menuju ke masa kedewasaan. Menurut Dariyo (dalam Zulkifli,2019:5) menjelaskan bahwasanya Remaja merupakan masa peralihan usia menuju ke masa dewasa sehingga remaja pada masa ini masih sulit untuk memposisikan dirinya dengan lingkungannya, masa remaja ini ditandai dengan kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Pada usia remaja ini terkadang menjadi masa kebimbangan bagi para pemuda dalam menentukan jalan hidup yang akan dipilih untuk dijadikan sebagai tujuan hidup di masa yang akan datang. Namun memilih diantara beberapa pilihan justru tak akan sesulit untuk bisa tetap konsisten dan setia pada pilihan tersebut. Pada awalnya, mungkin setiap orang akan yakin dengan pilihannya, tapi Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya tak semua orang dapat bertahan pada pilihannya. Setiap orang dapat menentukan pilihannya dengan hanya singkat waktu saja, namun untuk dapat konsisten pada pilihan tersebut, bisa saja membutuhkan waktu hingga usia berakhir. Sehingga sangatlah penting dalam menjaga konsistensi dalam menjalani pilihan hidup, agar dapat mengoptimalkan tujuan hidup yang sesungguhnya atas apa yang telah dipilih. Hidup adalah pilihan, konsisten atas pilihan adalah kunci mewujudkan pilihan hidup.
Lingkungan adalah salah satu faktor yang mendukung pembentukan jati diri dan jiwa kepemimpinan seseorang, utamanya pemuda yang masih berada dalam usia yang awam. Pemuda akan merepresentasikan apa yang ia peroleh di lingkungannya ke dalam setiap aspek perilakunya. Jati diri seorang pemuda akan terbentuk sesuai dengan dampak nyata atas arahan sifat dan perilaku dominan yang ditimbulkan oleh lingkungan tempat ia berada. Oleh karena itu, sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang dapat menjadi wadah bagi para pemuda untuk dapat membentuk jati diri yang baik dan dapat ditumbuhkembangkan. Dalam lingkungan tempat seseorang ini berada pula akan mengarahkan seseorang dalam menumbuhkan sifat kepemimpinannya melalui interaksi sosialnya dengan masyarakat luas. Melalui interaksi sosial kepada masyarakat lain, akan menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan seorang pemuda, baik dalam memimpin diri sendiri maupun memimpin dan mengarahkan orang lain.
Salah satu wadah nyata dalam proses pembentukan jati diri dan wadah pengembangan jiwa kepemimpinan bagi para pemuda ialah melalui organisasi kepemudaan. Organisasi sebagai tempat untuk saling bekerja sama satu sama lain dengan tujuan yang sama dapat menimbulkan konsistensi atas pilihan agar dapat tetap kontinyu dalam bidang yang sesuai minat dan bakat seseorang. Stephen F. Robbins (dalam Sobirin,2015:4) memberikan defenisi organisasi sebagai suatu unit sosial yang dengan segaja didirikan untuk waktu yang lama dengan beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja sama dan saling berkoordinasi satu sama lain secara terstruktur untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam suatu organisasi akan menghimpun dan mewadahi setiap orang yang memiliki visi dan tujuan yang sama untuk dapat mengembangkan diri dan mewujudkan tujuan yang ingin dicapai melalui organisasi tersebut. Terdapat berbagai macam jenis organisasi yang dapat di pilih sesuai dengan minat dan bakat seseorang baik itu berkaitan dengan keilmuan, seni, bahasa, teknologi, ekonomi, olahraga dan lain sebagainya. Selain itu, melalui organisasi juga akan menumbuhkembangan kemampuan manajemen diri seseorang, baik manajemen waktu, manajemen diri, dan memanajemen orang lain. Berproses dalam organisasi akan menjadi wadah dalam pembentukan jiwa kepemimpinan seorang pemuda melalui kegiatan-kegiatan positif yang akan membutuhkan kerjasama dan koordinasi yang baik antar setiap anggota organisasi agar dapat menyukseskan berbagai kegiatan yang diselenggarakan. Dalam organisasi pula, akan terbentuk rasa kekeluargaan antar anggota organisasi sehingga dapat meningkatkan rasa solidaritas antar sesama.
Perbedaan signifikan antara pemuda yang berorganisasi dan yang tidak berorganisasi
Organisasi sebagai wadah pengembangan diri bagi pemuda nyatanya tak dapat menjadi daya tarik yang kuat bagi para pemuda secara keseluruhan. Masih banyak terdapat pemuda yang nampak tidak menganggap menarik organisasi kepemudaan. Hal tersebut tidak terlepas dari zona nyaman dari para kaum muda-mudi. Tanpa organisasi mereka dapat melakukan berbagai aktivitas sesuai keinginan mereka tanpa harus dibebani oleh berbagai tugas dan tanggungjawab yang dianggap membuang waktu. Tanpa mereka sadari sebenarnya mereka telah menyia-nyiakan masa muda mereka dan menimbulkan keterbelakangan pengembangan dirinya. Padahal dalam organisasi terdapat hal-hal yang hanya dapat diperoleh yang tidak ditemukan di bangku sekolah, perkulaiahn maupun bangku pendidikan lainnya. Pada akhirnya mereka yang tidak sama sekali berorganisasi akan ketinggalan jauh dari mereka yang aktif dalam kegiatan organisasi baik dari segi pengalaman, kreativitas, teamwork, manajemen diri, kepemimpinan dan tanggung jawab dan lain sebagainya. Semua hal tersebut tentunya hanya dapat diperoleh melalui kegiatan organisasi.
Selain dari segi yang telah disebutkan diatas, pemuda yang tidak sama sekali berorganisasi akan bingung dalam menentukan jalan hidupnya kedepan. Mereka mungkin akan dilema dalam mencari jati diri mereka atas kecenderungan kecakapan atau Skill mereka, karena memang mereka tak pernah mengembangkan atau mengasah kecakapan mereka. Berbeda dengan pemuda yang aktif dalam kegiatan organisasi, mereka dapat mengembangkan kemampuan dan kecakapan diri mereka sesuai minat dan bakatnya melalui organisasi yang sesuai. Sehingga skill mereka akan terasah dengan sendirinya sehingga dapat meningkatkan kualitas diri mereka menjadi lebih baik dan semakin lebih baik.
Urgensi kualitas organisasi kepemudaan
Di era globalisasi ini, telah banyak bermunculan berbagai macam organisasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Perkembangan organisasi kepemudaan ini kian hari akan kian pesat dan semakin beragam. Di setiap sekolah, dan berbagai perguruan tinggi serta organisasi di luar institusi pendidikan telah banyak berkembangan dan beredar dalam kehidupan masyarakat. Sehingga masyarakat utamanya para pemuda dapat dengan leluasa untuk memilih organisasi-organisasi yang ada tersebut sesuai dengan minat, bakat dan potensi yang mereka miliki. Sehingga mereka dapat mengoptimalkan setiap potensi yang ada dan dapat berproses dan menuai hasil yang positif melalui kegiatan berorganisasi.
Meskipun demikian, sebagai generasi muda sudah sewajarnya untuk tetap memperhatikan seluk beluk dan tujuan organisasi yang akan dimasuki. Masih terdapatnya berbagai organisasi yang justru malah mendroktinisasi kadernya ke arah yang kurang baik sehingga membuat kekhawatiran terhadap para generasi muda penerus bangsa. Banyak organisasi kepemudaan yang dalam proses pengkaderan (proses penerimaan anggota baru) terhadap calon anggotanya yang tidak mencerminkan nilai-nilai pendidikan. Justru yang ditonjolkan dalam proses pengkaderan tersebut adalah senioritas bukannya rasa kekeluargaan. Belum lagi masih banyaknya kajian-kajian dalam berbagai organisasi yang mengarah ke praktik radikalisme yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
Oleh karena itu, setiap organisasi terutama organisasi kepemudaan harus memiliki standar kualitas tertentu yang dapat mendukung mutu dalam menjadi wadah pengembangan diri bagi pemuda. Para pemuda yang masih tergolong dalam tahap pembentukan jati diri akan banyak dipengaruhi oleh organisasi yang ia masuki. Kemana jalan dan tujuan organisasi itu mengarah maka akan membawa pula kualitas diri dari anggota yang ada di dalamnya. Sehingga apabila seseorang telah tergabung dalam organisasi yang salah, maka akan membawa pula jalan hidupnya ke arah tersebut. Sehingga disinilah peran penting pemerintah dalam mengawasi dan membimbing perkembangan dan jalan organisasi-organisasi yang ada dalam masyarakat agar dapat mengontrol setiap kegiatan yang berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan dalam masyarakat. Selain itu juga mengarahkan agar organisasi tersebut dapat menjadi wadah yang sesungguhnya bagi pemngembangan sumber daya manusia Indonesia.