Lihat ke Halaman Asli

Kicau-Kicau

Diperbarui: 20 Oktober 2015   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dia yang pernah mengeja perlahan namamu diam-diam sambil terpejam. Menarik nafas pelan-pelan juga mengingat satu persatu, huruf demi huruf. Kadang dia tersenyum ketika yang terbayang sebuah senyum mu, Begitu mengenang dalam. Adakah yang lebih sepi lagi sedih ketika  melihat kedua kaki berjalan menjauh?.

Kunang-kunang pantai terbang masuk kedalam hutan. Sebuah perperangan dimulai dengan luka dan diakhiri dengan kalah. Bahkan pepatah tentang tegar nya karang tidak bisa dipakai pada daging yang akan busuk. Dia yang menjadi mayat hidup di waktu-waktu nya sekarang. bermata remang. Bahkan bintang, bercahaya bimbang melihatnya.

Sering kali kau katakan kau lupa ingatan. Tapi segurat senyum nya selalu mengisi ingatan. kau tidak pernah menunggunya kembali, tapi tidak pernah sejengkal pun kau beranjak pergi. mengapa kau selalu datang sedangkan dia tidak pernah mengulang.

busur itu memang tepat mengenai hatimu, tapi telah patah dimakan waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline