" Maaf Desen, aku butuh sedikit informasi. Apa Zeuss ikut dalam proyek membangun BKT ?" tanya DC setelah duduk.
" Benar. Dia ikut proyek penggalian kanal melalui salah satu anak perusahaannya. Kenapa tiba tiba bertanya tentang BKT?" Desen balik bertanya.
" Ada wanita di atas salah satu jembatan penyeberangan kanal dekat HI, setiap sore berdiri sambil menatap ke arus kanal. Aku sedang menggali ceritanya. Kurasa dia kehilangan seseorang yang dicintainya, yang mungkin meninggal akibat terjatuh ke kanal. Dia mengatakan suaminya bernama Adnan Haris, bekerja sebagai subkontraktor penggalian kanal. Boleh kuminta Desen mengecek lewat Zeuss apakah Adnan Haris itu salah satu subkontraktornya ?"
Desen menatap DC, " Apa kamu belum tuntas menggali cerita wanita itu?"
" Belum. Wanita itu sangat emosional. Ceritanya tersendat-sendat. Setiap sore aku mendengar kisahnya sepotong demi sepotong. Dia sering terdiam lama sambil menatap arus kanal. "
" Jadi, kamu berpendapat Haris ini mati tenggelam saat bekerja atau,---"
" Bukan. Kurasa Haris belum mati. Kurasa yang meninggal itu seseorang yang dicintai wanita itu. Aku ingin bertemu Haris kalau bisa. Wanita itu mengatakan rumah tangganya bubar, bukan bercerai atau berpisah akibat kematian."
" Oke, aku akan meneruskan permintaanmu pada Zeuss. Andai Haris ini bukan anak buahnya, aku akan tetap meminta bantuannya untuk menemukan di mana Haris sekarang berada."
" Makasih, Desen." DC berjalan keluar.
Ruang trading masih sepi. Ia berjalan ke atas, Dewi Not tampak sedang asik mendengar rekaman, tidak memedulikannya. DC turun. Ia meninggalkan nota bahwa hapenya boleh disimpan Dewi Not. Ia membawa hape lain untuk merekam sore ini. Ia langsung berangkat.
DC tiba di BKT sekitar jam 1 siang. Ia makan di Harapan Indah, lalu bergerak ke arah jembatan. Ia memarkir mobilnya di depan sebuah kios yang tutup, dan berjalan kaki ke gang yang ditunjuk Belani.