Jam istirahat berdentang. Sesi pertama perdagangan berakhir. DC sedang hepi. Hari ini ia berhasil menjual saham CTRX yang dibelinya dua hari yang lalu dengan keuntungan 20 %. Dengan modal 250 juta ia mengantongi keuntungan 50 juta. Niatnya mendirikan perusahaan sirna dari benaknya.
" Ketawa-ketiwi sendirian. Bagi-bagi donk kalau banyak cuan," Dewi Not menggelindingkan kursinya mendekati meja DC. ( cuan = untung )
" Hanya cuan sedikit. Oke deh, kutraktir kamu makan siang." DC merapikan meja. Dewi Not kembali ke tempatnya, menyambar tas, dan berdiri.
" Bawa satu mobil aja ya, biar hemat BBM," kata Dewi Not.
DC setuju. Terkadang ia merasa terjadi banyak pemborosan gara-gara setiap orang membawa mobil. Padahal satu mobil bisa diisi 4 sampai 7 orang dengan pembakaran BBM yang sama. Mereka menuju restoran terdekat agar tidak membuang waktu.
" Apa kasus baru yang kamu tangani?" tanya Dewi Not ketika mereka duduk bersama menunggu hidangan di antar di restoran Tarakan.
" Ini berkaitan dengan Halisti. Dia memintaku menjodohkan ibunya dengan seseorang supaya ibunya bahagia di hari tua. " celoteh DC, menyesap air putih sesuap.
" Anak muda sekarang mulai kurang menghargai jasa orang tua. Aku paham maksud terselubung di balik niatnya. Ia takut ibunya membebaninya jika ia menikah nanti. Anak muda sekarang ingin bebas, ogah hidup bersama orang tua atau mertua. "
" Itu pendapatmu?" tanya DC.
" Benar. Aku sering mendengar obrolan orangtua pasien yang kurawat. Mereka merasa dicampakkan anak-anaknya. Setelah menikah, anak-anak pindah atau membeli rumah sendiri. Setelah itu, satu tahun hanya berkunjung sekali pas Imlek. Kurang ajar gak anak semacam itu?" nada Dewi Not berang.
DC ketawa, mengangguk hanya untuk menyenangkan hati Dewi Not. Perubahan zaman tak bisa dibendung. Perubahan zaman berimbas pada perubahan perilaku kaum muda.