Lihat ke Halaman Asli

Deri Prabudianto

Hanya orang biasa

Namaku Awai 297-298

Diperbarui: 19 September 2018   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sampul novel| Koleksi pribadi

Awai tak ingin mengatakan sumbernya. " Dari omongan orang di kedai kopi, " jawabnya singkat. Tapi ia mulai yakin omongan Hsu Natan bukan isapan jempol. Jika hutang ibunya tidak dibayar, bukan tak mungkin suatu saat ia akan jadi penghuni Teluk Simpan. Ia berdiri, dan berjalan ke sepedanya tanpa pamit dengan Akian.

Januari dan Febuari, bulan yang tidak ramah bagi dunia pelayaran. Banyak kapal berlabuh di dermaga untuk menghindari amukan angin. Awai tetap membuang sisa makanan ke ujung dermaga. Saat ia tiarap, ia mendengar suara gleduk-gleduk di bawah dermaga. Ombak sedang memperlihatkan kegalakan-nya. 

Perahu yang terikat di bawah dermaga itu menghantam kaki dermaga akibat angin kencang. Rambut Awai terburai dipermainkan angin. 

Awai segera mencuci ember. Saat embernya ingin ditarik, terasa berat seakan seekor ikan besar masuk ke embernya. Ketika diamati dengan teliti, ternyata sebuah tangan memegang embernya. Sebuah kepala muncul, membuat Awai kaget dan melepaskan ember.
" Ihhh... Hantu Laut ?" seru Awai keras.

Ember itu dilempar ke atas dermaga. Sosok itu merayap naik. Rambutnya dikibaskan, membuat air memercik terkena baju dan celana yang dikenakan Awai. Awai tak peduli. Ia membantu menarik tangan sosok itu hingga naik ke dermaga. Sosok itu mengenakan cadar. Hanya matanya yang kelihatan. 

Sosok itu terlihat lemas seakan habis bertarung dengan ombak ganas.
Awai berusaha menolong, tapi bingung hendak melakukan apa. Ia mondar mandir di dermaga.

" Anda sakit? Butuh sesuatu ?" tanya Awai setelah tubuh itu tergolek di lantai dermaga, bernafas agak tersengal-sengal, mirip orang kehabisan nafas.
" Penyakitku kambuh... aku....sesak nafas..." sosok itu mengerang.
" Apa obat yang sering kamu makan ?" tanya Awai.
" Kin Long Hun Wan...."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline