Lihat ke Halaman Asli

Adikku Sayang, Adikku Malang

Diperbarui: 31 Maret 2016   05:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suatu ketika, aku pulang sekolah lalu masuk kamar seraya meletakkan tas sekolahku pada pukul 12.00 siang,adikku datang menghampiriku sambil merengek,’’kakak,aku minta jajan’’. Kemudian aku pun menjawab ‘’tidak ada dik,kakak tidak membeli jajan kan sudah ada ibu yang membelikanmu jajan tadi’’,begitu ujarku. Dengan raut yang sedikit murung adik keluar dari pintu kamarku. ‘’hhhhh’’ aku sangat lelah hari ini karena ada banyak tugas yang mesti aku kerjakan. Beberapa menit kemudian ibu datang dan menyuruhku untuk makan siang. lalu aku bertanya ‘’bu,ayah dimana ko tidak ikut makan?’’. ibu menjawab’’ ayah sedang di sawah nak,sedang menanam jeruk’’. 

Setelah selesai makan aku akan menyusul ayah ya,bu sekaligus membawa bekal. Setelah selesai makan aku bergegas membantu ibu menyiapkan bekal untuk ayah,’’hmmm,enak sekali bekalnya pasti ayah akan suka’’. Setelah bekal siap, aku segera  berjalan menuju sawah. Menyusuri parit-parit kecil dengan hamparan padi hijau-hijau dengan angin yang semilir. Tidak cukup jauh perjalanan ini. Aku berteriak,’’ayah,ini aku bawakan bekal untuk ayah’’ sambil melambai. Dan aku mendekat dengan keringat yang bercucuran ayah membalas senyumku dengan  tulus. ‘’ya,terima kasih nadia tumben kamu mengirim bekal untuk ayah, biasanya iibu yang membawakan bekal untuk ayah’’.

 

Bersambung....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline