Lihat ke Halaman Asli

Euforia Jokowi dalam Demokrasi Liberal

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah ditetapkannya Jokowi widodo menjadi salah satu bakal calon Presiden oleh Ketua Umum PDIP menambah semaraknya pesta demokrasi di Indonesia. Meski sudah ditetapkan oleh PDIP namun tidak secara otomatis menjadikan Jokowi sebagai Calon Presiden 2014 nanti, karena masih dibutuhkan proses dan PDIP harus bekerjas keras untuk mendapatkan 20% kursi DPR RI agar dapat memuluskan jalan pencapresan Jokowi jika tidak dibutuhkan teman koalisi untuk mengusung jokowi sebagai presiden.

Menarik untuk di telisik proses pesatnya popuaritas dan elektabilitas jokowi baik dari hasil survey yang di publish oleh lembaga survey akhir2 ini. Dalam demokrasi liberal ala Indonesia dengan menganut sitem suara terbanyak maka uang menjadi komponen penting untuk memenangkan pemilu. Menarik untuk kita lihat Popularitas dan elektabilitas jokowi selama ini by design dengan uang atau tercipta dengan sendirinya. Karena jika kita boleh menilai dengan objektif rasanya belum ada prestasi yang begitu menonjol saat memimpin solo dan Jakarta contoh kecil adanya masalah pengadaan Bus trans Jakarta rasanya terlalu naif kesalahan hanya pada level kadis perhubungan karena pada akhirnya membutuhkan persetujuan seorang gubernur. Namun demikian jokowi mempunyai daya tarik personal tersendiri dengan kesederhanaanya, kedekatannya dengan rakyat maupun keluwesannya dalam berinteraksi langsung dengan rakyat tanpa protokoler ribet yang membuat jarak antara seorang pemimpin dan rakyatnya.

Secara pribadi saya mengagumi sosok jokowi waulupun sampai sekarang saya belum menentukan pilihan pada pemilu 2014 nanti. Perlu kita sadari bahwa presiden Indonesia selama ini tidak pernah lepas dari cengkaraman para pemilik modal merekalah yang sesungguhnya mengendalikan Negara ini, mereka bermain dibelakang layar memberi komando terhadap para pengambil kebijakan. Karena berhutang budi atau bahkan terjebak oleh permainan para pemilik modal sehingga pemimpin di negeri menjadi pelayan para pemilik modal bukan pelayan rakyatnya. Ini memiliki korelasi dengan euphoria pencapresan jokowi hari ini jika kita flashback ke belakangeuphoria ini juga terjadi saat pemilu 2004 dan 2009. Saat itu SBY menjadi headline media cetak, media Televisi maupun media sosial. Ini menjadi catatan penting bagi kita kedepannya karena memilih pemimpin itu tidak mudah dan kita harus tahu pemimpin itu secara personal maupun siapa yang berada dibelakang mereka baik para pemilik modal maupun orang-orang yang haus kekuasaan/oportunis. Jika orang yang berada disekitar jokowi baik insya allah kedepannya bangsa ini akan menjadi baik demikian juga sebaliknya.

Mari kita gunakan hak suara kita pada pemilu 2014 nanti, Masih banyak waktu untuk kita menentukan pilihan jangan terkecoh oleh popularitas yang diciptakan oleh media karena sulit menemukan media yang benar-benar objektif saat ini. Media itu dimiliki oleh pemilik Modal dan setiap pemilik modal mempunyai kepentingan tingal kita harus melihat kepetingan mana yang lebih baik. Mari kita jadi pemilih cerdas karena kesalahan kita memilih akan berdampak 5 tahun kedepan.

Pekanbaru, 19 Maret 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline