Lihat ke Halaman Asli

Menuhankan Manusia

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sungguh suatu kebodohan bila hal ini terjadi pada kita.  Banyak terjadi fenomena dimana manusia menuhankan manusia.  Padahal yang dituhankan butuh pula bertuhan dan berlindung.

Di kantor-kantor, bahawan menuhankan atasannya. Di rumah-rumah, pembantu menuhankan majikannya.  Di pabrik-pabrik buruh-buruh menuhankan pemilik pabrik. Di pasar-pasar pedagang menuhankan pembeli.  Hampir di semua segi kehidupan manusia dituhankan baik secara langsung maupun tak langsung.

Di kantor, anak buah menjilat ke atasannya agar dianggap berprestasi dan rajin bekerja.  Mereka menganggap dengan melakukan itu gaji akan naik secara signifikan dengan melakukan "penyembahan".  Di rumah, para pembantu terpaksa meninggalkan kewajibannya sebagai hamba Tuhan untuk menuruti perintah "tuhan" yang lain. Di pabrik, buruh-buruh bekerja lembur hingga tidak ada waktu untuk bersua dengan Tuhannya.   Di pasar, para pedagang menunggu pembeli sehingga tidak menganggap panggilan Tuhannya.

Memang tidak semua orang menuhankan manusia, tapi gejala ini makin  lama kian terasa.  Ataukah kadang-kadang kita tak merasa kitapun bersikap sebagai tuhan-tuhan kecil bagi orang lain.  Pernahkan kita menghalangi manusia untuk bersua dengan Tuhannya dengan berbagai dalih?  Semoga kita dapat berlindung dari menuhankan manusia, harta, tahta, wanita serta semua yang fana.  Wallahu a`lam bishawab




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline