" Kamu mengekori si tukang bakpao ? "
Mata Meilan mengilat, " Aku pernah diberi bakpao olehnya. "
" Itu bakpao sisa tak laku ! Sama dengan penjaga kelenteng memberimu barang yang tidak habis dimakannya. Manusia hanya memberi kita sampah.
Lihat Kali Krukut, banyak sampah !"
" Enggalah. Dia tulus kok. Bakpaonya selalu habis kok. Dia jarang pulang sambil membawa bakpao sisa ke rumahnya."
" Gila ! Kamu mengekorinya juga !"
" Aku mencarikan jodoh yang baik untuk Aldi," Meilan menundukkan wajahnya.
" Bodoh ! Kalau kamu mencintainya, kamu harus mendapatkannya, kenapa malah ingin dijodohkan dengan si Bakpao !" umpat Melli.
" Kan sudah kubilang, aku tak mungkin bersamanya, aku hanya ingin mencintainya dalam hati. Cinta tak harus memiliki. Asal dia bahagia, hatiku ikut bahagia. Aku ingin dia bahagia, makanya suatu saat aku akan memberitahunya bahwa Widia tidak tulus mencintainya, Widia hanya ingin rumahku terjual, sedangkan Jean, Jean hanya menjadikannya pelarian karena usianya yang sudah 30 tahun, sering didesak menikah oleh ortunya, dan dia tak punya pilihan selain menempel pada Aldi. "
" Kalau begitu, biar kubilang pada Aldi, kamu yang paling tulus mencintainya. Dia harus tahu !" sambar Melli.