Kota Palembang siapa sih yang gak tahu? Apalagi beberapa tahun yang lalu pernah menjadi tuan rumah PON XVI 2004, SEA Games 2011, Asian games 2018 dan Februari 2019 ini menjadi tuan rumah Triathlon di Jakarta dari semua event bertaraf internasional itu nama Palembang semakin dikenal terlepas dari kuliner olahan ikannya yang sungguh enak.
Nah bagaimana jika saya bertanya tentang kota Lubuklinggau, adakah yang tahu? Mungkin ada yang tahu mungkin juga gak ada yang tahu... Yah "Mungkin" adalah jawaban yang tak pasti karena saya juga tak yakin semua orang tahu dan juga tak yakin semua orang juga tak tahu.
Kota Lubuklinggau dikenal sebagai kota transit, kenapa? Karena jika kamu ingin ke Jambi, Padang, Medan, Bengkulu dan Lampung melalui transportasi darat akan melewati kota ini yang mempunyai slogan sebiduk semare yang artinya adalah satu dalam perahu. Ini kelebihannya sedangkan kelemahannya adalah terletak di perbatasan.
Maka jangan heran selalu menjadi daerah rawan kriminalitas (bahkan saya pernah membaca surat kabar lokal dengan headline news di halaman utama dengan huruf bold tertulis Kota Lubuklinggau Kota No 2 Dengan Kriminalitas Tertinggi Di Sumatera Setelah Palembang) sedih sebenarnya tapi ini adalah kenyataannya dan yang tambah membuat sedih adalah para pelaku kejahatan itu kebanyakan bukanlah warga asli Lubuklinggau.
Dalam perjalananku di kota lainnya sering aku ditanya penduduk lokal
"Asli orang mana, Mba?"
Jika lagi malas aku menjawab "Dari Palembang"
Jika mood ku dalam keadaan bagus maka aku akan menjawab dari kota Lubuklinggau
Dan jika dia bertanya lagi "Dimana itu?"
Dan Disini jiwa
putraeh salah putri daerah keluar (bahasa kerenya nasionalisme) dengan senang hati saya menjawab sebuah kota di pinggiran di Sumatera Selatan yang jaraknya 8 jam ke Palembang dan 3 jam ke Bengkulu dengan menggunakan kendaraan darat dan jarak itupun belum ditambah waktu istirahat di rumah makan, mengisi bensin di SPBU dengan antrian panjang dan singgah sejenak di mesjid/mushola untuk sholat 5 waktu (saya seperti duta wisata dadakan)
Apa yang terkenal dari kota ini? Sejujurnya saya akan menjawab tidak tahu...! Karena apa? Saya bingung mau menyebutkan apa saja karena semuanya biasa saja masih kurang fasilitas dan juga yang seharusnya akan terlihat wow bila di permak masih terlihat biasa saja belum ditambah biaya parkir kendaraan yang sangat mahal dipatok warga setempat.
Tapi akan tetap saya sebutkan agar tidak membuat penasaran. Untuk landmark-nya yang diunggulkan adalah bukit sulap, air terjun temam, air terjun sando dan ada 1 lagi air terjunnya tapi saya kurang informasi untuk yang dua terakhir ini.
Oya jika kamu bertanya kenapa bukitnya disebut sulap karena jika dilihat dari jauh dari segala penjuru mata angin (Utara, barat, selatan dan timur, barat daya, dll) maka bukit ini terlihat sama bentuknya dan juga di sini sering diadakan lomba mount bike tingkat internasional maupun nasional dan yang baru-baru ini telah dilaksanakan kejurnas dan pra PON 2019. Jika ingin naik ke atas bukit dan malas menaiki tangga bisa mencoba kereta gantung untuk melihat pemandangan tanpa rasa capek.
Untuk wisata religi-nya ada mesjid Agung As Salam yang disampingnya ada taman kurma, mesjid ini bisa menampung ribuan jamaah untuk sholat lebaran idul Fitri dan idul Adha.
Sedangkan air terjunnya yang katanya mirip air terjun Niagara di Amerika. Saat malam air terjun temam akan berwarna merah, hijau dan kuning (saya lupa warna apa saja) karena ada lampu sorot yang menyinari (jika ditanya apakah suasananya romantis? Entahlah saya kurang tahu karena saya belum kesana saat malam hari melihat secara langsung)