Satu hari tanpamu bukan berarti aku akan mati
Meratapi cerita cinta yang kau hancurkan di sudut hati
Atau manis janji yang tertinggal menjadi impian tak pasti
Ada lagi rindu membelah-belah bagai pisau belati
Kecupan mesramu masih kurasa
Walau bagai kembang gula yang hendak kadaluwarsa
Berawal manis berangsur pahit akupun terbiasa
Sudah terlanjur kutelan habis tanpa sisa
Kau ilusi di ujung mata bagai fata morgana
Jika beribu hari kau tak kembali, sangat mustahil aku merana
Aku yakin bukan kau saja yang menjadikanku primadona
Toh dirimu juga tak bernilai untuk sebuah fenomena
Sialnya aku kerap jatuh terlena
Sungguh semua ini bukan apa-apa
Ketika namamu terbawa rintik hujan
Aku sudah relakan
Kelima hurufnya telah jatuh tergenang berhamburan
Takkan mampu bertahan
Malah berubah gersang...
Terkapar di antara ilalang
Lalu menjadi kering...
Kerontang...
***
Paris, 11 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H