Saatnya kembali ke belahan bumi jadul alias back to the past karena kalau back to the future harusnya bareng-bareng Michael J. Fox. Di tahun 1995 nama Alanis Morissette sang dewi alternative rock menggebrak bersama album perdana internasionalnya Jagged Little Pill.
Album yang telah terjual sebanyak 33 juta kopi itu memuat nomor-nomor super hit seperti You Oughta Know yang merupakan lagu marah-marah patah hati pas buat 'nyakar-nyakar' bekas pacar, You Learn, Ironic, Hand In My Pocket, Thank You (Supposed Former Infatuation Junkie, 1998) dan single Uninvited (1998) yang dijadikan OST City of Angels (1998).
Zaman-zaman itu kala saya tengah mencari jati diri, lagu-lagu Alanis dengan cepat nyantol di kedua kuping ikut ambil bagian sebagai theme song masa remaja mendampingi tembang-tembang rrrock n' rrroll 80-an dari para rockstar kesayangan.
Bagi saya, Alanis Morissette-lah The Warrior Princess meski ia tak bergolok, bukan Xena. Saya tidak akan pernah bosan mendengarkan lagu-lagunya yang dieksekusi sempurna dengan sebuah tarikan vokal yang powerful nan unik, manis melankolis, selalu penuh penjiwaan dan terasa emosional.
Kini setelah tak terdengar begitu lama tepatnya delapan tahun sesudah album studio terakhirnya Havoc and Bright Lights (2012), Alanis Morissette yang dijuluki Queen of Alt-Rock Angst oleh majalah Rolling Stone ini akhirnya nongol dengan album terbaru bertajuk Such Pretty Forks In The Road yang sudah tentu menjadi pelepas dahaga bagi para penggemar setianya.
Album baru penyanyi dan juga penulis lagu dahsyat multitalenta multi instrumentalis asal Ottawa (Kanada) ini tadinya dijadwalkan rilis 1 Mei 2020 namun karena wabah corona akhirnya dimundurkan ke tanggal 31 Juli dan diterbitkan dalam format CD dan digital download.
Such Pretty Forks In the Road menjadi album studio internasional sang musisi yang ketujuh sekaligus album studio kesembilan sepanjang karir musiknya (dua album pertamanya hanya dirilis nasional di Kanada).
Album dengan kover dominasi warna hitam dengan gambar wajah Alanis dipenuhi glitter dengan pose mata tertutup mulut terbuka ini memuat 11 track yang rata-rata berdurasi empat menit.
Mulai dari Smiling, Ablaze, Reasons I Drink, Diagnosis, Missing the Miracle, Losing the Plot, Reckoning, Sandbox Love, Her, Nemesis, dan Pedestal, semua dibungkus dalam nuansa pop soft rock dengan lirik-lirik yang mengalir bercerita tentang sebuah kerapuhan sekaligus keberhasilan untuk bertahan dari segala cobaan.
Banyak didominasi bunyi-bunyian piano, keyboard dan instrumen string, di album ini sang biduanita menyuguhkan musik bak orkestra terkadang dengan atmosfer mistis nan menghantui, sebuah aransemen yang layak diberi tepuk tangan, begitu pula dengan lirik-lirik lagunya.
Seluruh tembang pada Such Pretty Forks In the Road ditulis Alanis bersama Michael Farrell, seorang penulis lagu, multi instrumentalis yang pernah membantu album Morrissey dan Macy Gray. Album ini masih bercita rasa Alanis Morissette dengan olahan suaranya yang tetap powerful di usianya yang sudah kepala empat.