Berbicara tentang kontribusi, sering disangkut-pautkan dengan cita-cita. Sejak kecil, saya sendiri memang bercita-cita menjadi guru karena menurut saya guru adalah suri tauladan bagi muridnya kelak. Dimana ada pepatah mengatakan bahwa guru adalah "digugu lan ditiru". Tak salah memang karena pada hakikatnya apapun yang dikerjakan guru di papan tulis. Apapun yang ditulis oleh guru seringkali ditiru persis oleh muridnya.
Menjadi sosok yang digugu lan ditiru bagi murid itu tidaklah mudah. Perlu perjuangan dan seluk beluk serta lika liku dalam meraihnya. Banyak sekali hambatan serta rintangan yang selalu saja melintang.
Berikut akan saya sajikan sudut pandang saya terkait kontribusi dalam bidang pendidikan.
PENDIDIKAN merupakan satu kata penuh arti. Nyatanya masih ada yang tidak peduli terhadap pendidikan. Sejauh yang saya lihat ketika bekerja di SD. Ada saja murid yang terlalu sering membolos. Saya tidak tahu karena faktor sekolah atau faktor rumah. Ada juga yang masih kelas 5 SD sudah mau dinikahkan oleh orang tuanya sehingga harus putus sekolah.
Bahkan ironisnya sejauh ini ada juga anak yang sekolah tetapi tidak peduli dengan ilmu yang dia dapatkan. Di sekolah dia hadir namun ketika tes dia menjawab dengan seenaknya tanpa memikirkan bagaimana hasil tesnya. Ketika saya tanya, dia tidak peduli sedikitpun dengan nilai yang akan dia peroleh. Pasrah apa adanya.
Masya Allah..
Padahal tidak kurang penyuluhan telah diberikan tentang hakikat dari pentingnya pendidikan. Mungkin salah satu faktor yang bisa menanggulangi hal ini adalah faktor internal dari diri siswa nya. Jika faktor internal dari diri siswa sangat kuat untuk tetap semangat dalam menimba ilmu di sekolah. Kemungkinan siswa tadi juga akan merubah mindset orang tua secara perlahan.
Jika ditinjau dari sisi lain, siswa di luar negri lebih bersemangat belajar daripada siswa di dalam negri. Mungkin karena motivasi yang kurang atau pembelajarannya kurang menarik saya juga belum mengetahui secara pasti.
Sangat disayangkan padahal anak Indonesia bisa jadi lebih berbakat daripada siswa-siswa lain diluar sana. Hanya saja masih saja bakat itu terpendam oleh kekangan guru yang mengharuskan murid memakai cara yang sama dengan gurunya. Saya bisa mengatakan hal demikian karena murid saya mengalaminya. Padahal bisa saja murid tersebut akan turut berkontribusi menemukan sesuatu yang baru.
Masalah kontribusi disini. Sejauh yang saya tahu di lapangan, guru-guru (yang saya tahu guru SD) sangat welcome dengan sesuatu yang baru. Malah mereka senang jika diajari cara inovatif atau rumus-rumus cepat yang bisa digunakan untuk mengajarkan siswanya. Namun saya rasa yang mengajari nya lah yang kurang. Justru peran generasi muda dalam bidang pendidikan khususnya adalah mencari sesuatu yang baru dan inovatif kemudian di share kepada guru di sekitar.
Saya tidak tahu, kenapa program sosial diadakan di desa. Padahal tidak selalu desa itu tidak maju. Bisa jadi malah yang membutuhkan pertolongan itu di daerah kota. Terutama kota yang bukan pusat. Masih banyak sekali anak-anak yang membutuhkan bantuan. Membutuhkan semangat dalam belajar. Membutuhkan motivasi. Membutuhkan inovasi.