Kenistaan hidup adalah akibat dari ketidakmampuan pelaku kehidupan itu untuk merespon setiap tantangan yang sedang berkembang. Ketika seseorang tidak mampu lagi memberi jawaban terhadap tantangan-tantangan hidup dan tenggelam dalam kejumudan, maka akan dipastikan bahwa kehidupan yang dijalani akan mengalami pembusukan.
Kita harus bangkit. Kebangkitan sangat tergantung pada ada atau tidaknya inisiatif-inisiatif, dan pikiran-pikiran kreatif yang bisa mengalirkan energi positif dalam merespon secara efektif terhadap situasi-situasi baru yang sedang berkembang. Namun ketidakhadiran sosok-sosok kreatif yang mampu mengalirkan energi positif dan potensi inti akan mengakibatkan kelesuan bahkan kehancuran sebuah kehidupan.
Maka dari itu tulisan singkat kali ini, akan menghadirkan satu sosok yang telah mampu membangun kehidupannya bahkan membangun peradaban yang gemilang.
Dialah seorang pemimpin yang pernah memimpin kaum Muslimin secara mendunia, Khalifah Harun Ar-Rasyid. Dengan kecerdikan dan perhatiannya dalam dunia ilmu yang begitu besar ia berhasil membawa umat ke puncak peradaban Islam yang tersohor dan diakui di seluruh dunia.
Secercah Kisah Hidup Harun Ar-Rasyid
Dialah, Abu Ja’far Harun, bin Al Mahdi Muhammad, bin Al Manshur Abu Ja’far Abdullah, bin Muhammad, bin Ali, bin Abdullah bin Abbas Al Hasyimi Al Abbasi. Harun Ar Rasyid adalah khalifah kelima dari kerajaan Bani Abbasiyyah dan merupakan khalifah yang teragung dan paling terkemuka daripada sembilan orang khalifah yang agung dan gemilang dalam sejarah kerajaan Bani Abbasiyyah. Kerajaan Bani Abbasiyyah merupakan keturunan dari Al-Abbas bin Abdul Muththalib yang merupakan keturunan dari Hasyim bin Abdul Manaf.
Harun Al-Rasyid dilahirkan di kota Rayy, pada tahun 148 H/762 M, saat khalifah Bani Abbasiyyah masih dipegang oleh kakeknya Abu Ja’fal Al Manshur, dan ayahandanya Al-Mahdi menjabat gubernur wilayah tempat kelahirannya yaitu Khurasan, sebelum akhirnya menjadi khalifah ketiga Bani Abbasiyyah. Ibundanya adalah seorang mantan budak yang bernama Jurasyiyah yang dijuluki Khaizuran, yang juga ibu dari khalifah keempat Bani Abbasiyyah yaitu Musa Al-Hadi.
Ar-Rasyid yang memiliki kulit putih, postur tubuh yang tinggi dengan wajah rupawan dan murah senyum menjalani masa kanak-kanaknya dengan mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu pemerintahan, sehingga kata-katanya fasih dan memiliki wawasan yang luas. Guru Ar-Rasyid adalah ayahanda dan kakeknya sendiri serta guru agama yang terkenal pada masa itu yakni Yahya bin Khalid Al-Barmaki.
Kemahiran Harun ar-Rasyid di dalam bidang politik dan keperkasaannya di medan perang telah terlihat ketika ia masih remaja. Sebab itu, khalifah Al Mahdi menunjuk Ar-Rasyid yang masih berusia 18 tahun untuk menjadi walikota Saifah pada tahun 163/779 M.
Setahun kemudian, pada tahun 164 H/780 M, ayahandanya melantik Ar-Rasyid menjadi Gubernur di kota Anbar hingga meliputi bumi Afrika bagian utara. Harun Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah pada tahun 170 H/786 M, pada usianya yang sangat muda, 25 tahun. Jabatan khalifah itu dipegangnya setelah kakaknya yang menjabat khalifah, Musa Al-Hadi wafat. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid didampingi Yahya bin Khalid dan empat putranya.
Harun Ar-Rasyid adalah sosok khalifah yang sangat mencintai ilmu dan senang kepada orang-orang yang berilmu, serta sangat menjunjung tinggi ajaran agama Islam. Dia mengumpulkan dan melibatkan orang-orang berilmu dalam setiap kebijakan yang akan diambil pemerintah.