Lihat ke Halaman Asli

Sulit Mengampuni dan Bersyukur, Dampak dan Solusinya

Diperbarui: 12 Desember 2024   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Mengampuni dan bersyukur adalah dua kualitas hidup yang sering dianggap ideal, tetapi sulit untuk diwujudkan. Banyak orang bergumul dengan luka batin dan ketidakpuasan yang menghalangi mereka untuk mengampuni orang lain atau bersyukur atas hidup yang dimiliki. Kenapa hal ini terjadi, dan bagaimana cara mengatasinya?

Mengapa sulit mengampuni?

Mengampuni sering kali dianggap sebagai langkah besar yang menuntut keberanian emosional. Pengampunan memerlukan upaya untuk melepaskan kemarahan dan rasa dendam, tetapi banyak orang enggan melakukannya karena merasa pengampunan sama dengan membenarkan kesalahan pelaku. Mengampuni sering kali berakar pada trauma masa lalu yang belum terselesaikan. Ketika seorang menyimpan luka lama, rasa sakit membangun tembok emosional yang menghalangi munculnya niat untuk mengampuni.

Mengapa sulit bersyukur?

Di sisi lain, syukur sering kali tertutup oleh kecenderungan manusia untuk fokus pada apa yang kurang, manusia memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara negatif "negativy bias" atau bias negatif. Hal ini menyebabkan seseorang mudah mengingat pengalaman buruk dari pada yang baik, orang cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain yang terlihat lebih sukses. Akibatnya, rasa syukur menjadi sulit tumbuh karena fokus terpusat pada apa yang belum tercapai, faktor trauma juga memainkan peran dalam kesulitan bersyukur, ketidakmampuan bersyukur seringkali terkait dengan rasa takut kehilangan.

Dampak dan Solusi

Ketidakmampuan untuk mengampuni dan bersyukur dampak berdampak buruk pada kesehatan mental. Bahwasannya dendam berkepanjangan dapat meningkatkan resiko stres kronis, kecemasan, dan depresi. Sebaliknya rasa bersyukur memiliki efek positif, seperti meningkatkan kebahagiaan dan memperkuat hubungan sosial 

Untuk mengatasi kesulitan ini, langkah pertama adalah memahami bahwa pengampunan dan rasa syukur adalah proses bukan tujuan instan. Rasa syukur juga ditekankan dalam setiap momen doa. Melalui refleksi harian atas kasi tuhan, seseorang diajak untuk menemukan makna mendalam dalam segala pengalaman, termasuk penderitaan. Spiritualitas ini membantu mengubah luka menjadi jalan menuju kesempurnaan cinta

Mengampuni dan bersyukur memang tidak mudah tetapi keduanya adalah kunci untuk hidup yang lebih damai dan bermakna. Dengan refleksi dan latihan, kita dapat mengembangkan dua kualitas ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline