Lihat ke Halaman Asli

Derai Cinta Berselimut Lembut Ramadhan

Diperbarui: 28 Juni 2015   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"...Rupanya keheningan terlalu nyaman menemaninya. Waktu menunjukan pukul 17:00, Almira menyadari 1 jam lagi waktu melepas dahaga dan lapar. Ia membuka kulkas dan mendapati makanan instan, salah satunya sarden kaleng kecil. Itu menjadi sasaran pengisi laparnya, Ia memasaknya dan juga membuat jus mangga sebagai pelepas dahaga nanti. Adzan pun berkumandang, tanda waktu berbuka puasa. Sesaat di meja makan, Almira melihat kiri kanannya. Kesunyian ini amat berbeda dari khayalannya dan terbesit suara kecil dalam hatinya kerinduan seperti keluarga pada umumnya.

 

“Bun, yah, ayo kita makan, selamat berbuka puasa” (Almira berbicara sendiri dan menghanyal ada keluarganya bersama dia)

 

Tak terasa air matanya mengalir. Ia hanya bisa mengusapnya dan melanjutkan makan. Kini dahaga dan lapar itu sudah pergi, Almira kemudian beristirahat dikamarnya sambil sesekali Ia merasa kepalanya masih sakit. Adzan isya berkumandang, ntah mengapa adzan kali ini terasa berbeda, menyentuh sanubarinya. Almira melirik pada mukenanya yang lama sekali tak tersentuh dan tersadar lama sekali jauh dari Allah. Akhirnya Almira memutuskan shalat tarawih di masjid..."


Baca selengkapnya dan temui makna cinta sesunggunya: http://kafekopi.blogspot.com/2015/06/derai-cinta-berselimut-lembut-ramadhan.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline