JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.3
COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK
Oleh : Depy Mulyani, S.Pd.,Gr
CGP Angkatan 7 Kab.OKU
Pada jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.3 ini, pendalaman materi yang dipelajari adalah mengenai kegiatan coaching untuk supervise akademik. Sebagaimana biasanya, di setiap akhir modul, selalu ada refleksi pembelajaran sebagai gambaran pemahaman kami terhadap apa yang telah dipelajari. Saya menggunakan model 4F yaitu Fact, Feeling, Findings dan Future sebagai model refleksi yang dikembangkan oleh Dr Roger Greenaway.
- Fact ( Peristiwa)
- Modul 2.3 diawali dengan kegiatan Mulai dari Diri sebagai alur pertama dalam alur MERRDEKA pendidikan guru penggerak. Pada pembelajaran Mulai dari Diri, CGP diminta untuk memberikan jawaban terkait pengalaman kegiatan observasi dan pasca observasi serta gambaran ideal sebuah kegiatan supervise akademik ketika berada pada posisi sebagai seorang kepala sekolah. Dimana ada skala 1 -- 10, dengan kriteria skala 1 (belum ideal) hingga skala 10 yang paling ideal. Pada pembelajaran ini juga, CGP diminta untuk merefleksikan pembelajaran yang diharapkan bisa tercapai pada modul 2.3 ini.
- Selanjutnya, masuk pada alur Eksplorasi Konsep. Pemaparan materi di sini terbilang cukup panjang dan sangat mendalam dalam setiap halamannya. Materi mengenai coaching secara umum dan juga coaching dalam dunia pendidikan dibahas dengan sangat menarik. Sebagaimana kita tahu, bahwa pendidikan guru penggerak ini menyiapkan CGP sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada kepentingan murid. Oleh karenanya, salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah Coaching, dimana menurut Whitmore (2003) Coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.
- Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid yaitu proses pembelajaran yang memberikan ruang kebebasan bagi murid untuk menemukan kekuatan dirinya dan pendidik dalam hal ini memiliki peran sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada, agar murid tidak kehilangan arah dan dapat menemukan potensi dirinya.
- Kegiatan coaching benar-benar memaksimalkan potensi positif pada kliennya (coachee), dengan beberapa kompetensi inti yaitu kehadiran penuh/Presence, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot, dan mendengarkan dengan RASA. RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask, sehingga prinsip kemitraan tanpa memandang atasan dan bawahan benar-benar dapat dirasakan.
- Alur yang dipakai dalam kegiatan coaching ini adalah alur TIRTA dimana TIRTA merupakan sebuah akronim dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi dan TAnggung jawab atas komitmen yang sudah dibuat.
- Setelah melalui alur Eksplorasi Konsep, selanjutnya adalah Ruang Kolaborasi, dimana CGP mulai mempraktikkan kegiatan coaching antar sesama CGP dalam ruang virtual. CGP diberikan waktu untuk melakukan kegiatan coaching dengan mengangkat kasus secara bebas. Dalam kegiatan ini, kami bertindak sebagai coach dan coachee secara bergantian.
- Tiba saatnya CGP mempraktikkan kegiatan coaching dalam satu kelompok yang berisi 3 orang dalam alur Demonstrasi Kontekstual. CGP akan bertindak sebagai coach, coachee juga pengamat secara bergantian. Ini adalah sesi pembelajaran yang paling menarik menurut saya. Karena disinilah kami benar-benar harus mempelajari scenario kasus yang dirancang sebelumnya, kemudian mulai berakting di depan kamera untuk menghasilkan video coaching yang baik, yang memuat alur TIRTA didalamnya.
- Dua alur terakhir adalah Elaborasi Pemahaman dan Koneksi Antar Materi. Dimana CGP bersama instruktur mengelaborasikan pemahaman mengenai coaching yang telah dipelajari selanjutnya mengaitkan pemahaman dari modul-modul sebelumnya dalam sebuah tulisan pada alur Koneksi Antar Materi.
- Feeling
- Modul 2.3 ini merupakan modul yang sangat menarik untuk dipelajari. Setelah kami mempelajari mengenai pendekatan sosial emosional pada modul sebelumnya yang juga sangat menarik, ternyata modul 2.3 ini juga memberikan sebuah tantangan yang tidak kalah menarik. Saya merasa tercerahkan dengan kegiatan coaching ini, dimana memang kegiatan coaching ini merupakan sesuatu yang belum pernah saya pelajari sebelumnya. Maka dari itu, pembelajaran mengenai coaching ini membuat saya penasaran sehingga saya berusaha untuk mempraktikkannya dalam kegiatan sehari-hari terutama pada masalah-masalah yang membutuhkan coaching dalam penyelesainnya.
- Findings
- Tentunya pembelajaran coaching ini banyak menyuguhkan hal baru bagi saya sebagai seorang pendidik khususnya. Saya bisa mengetahui, perbedaan antara coaching, mentoring, konseling, training, dimana sebelumnya saya anggap kegiatannya adalah sama, namun nyatanya memiliki perbedaan. Pada modul ini juga saya belajar bagaimana menghadirkan diri seutuhnya ketika lawan bicara kita berbicara. Dengan menghadirkan diri seutuhnya, maka saya pun belajar mengenai pendekatan sosial emosional yang merupakan gabungan dari 5 kompetensi sosial emosional.
- Future
- Kedepannya saya memiliki harapan, agar apa yang telah dipelajari benar-benar mampu membantu saya menjadi seorang pemimpin yang membawa sebuah perubahan. Pemimpin yang bertindak dengan pertimbangan atas kepentingan yang berpihak pada murid. Saya juga memiliki harapan, agar kegiatan coaching ini bisa diterima oleh seluruh rekan guru, agar kami bisa sama-sama memahami dan saling menumbuhkan potensi positif dalam diri kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H