Lihat ke Halaman Asli

Lamaran Tanpa Kata

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lalu lalang orang di sekeliling kita tidak merusak kehidmatan dunia kami. Dunia di mana kata tidak lagi terucap. Dunia di mana mulut tidak lagi berkata-kata. Dunia di mana mata dan hati kami yang berbicara.

Kami duduk berhadapan, mata saling bertatapan, di sebuah outdoor cafe di sebuah mal. Di sekeliling kami orang lewat, berbicara, mengobrol, memainkan handphone-nya, atau saling menikmati keberadaan pasangan dan orang yang dicintainya.

Sementara itu walaupun mulut kami diam, tapi mata kami terus berbicara dari waktu ke waktu.

"Aku cinta padamu," kata mataku.

"Aku juga," balas matamu.

"Semua orang memperhatikan kita," kata mataku lagi.

"Biar. Ini kan tempat umum. Orang boleh melakukan apa saja yang mereka suka," balas matamu lagi.

"Mau sampai kapan kita begini?" tanya mataku.

"Sampai kita puas," jawab matamu.

"Dan kapan kita akan puas?"

Matamu tidak menjawab, tapi mengedip manja. Mataku pun tersenyum. Untuk beberapa saat mata kami tidak berbicara tapi kami saling berusaha memahami kedalaman hati masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline