Beberapa hari yang lalu tepatnya pada hari senin lalu tanggal 6 Januari 2025, persepakbolaan tanah air dikejutkan oleh kabar yang tidak mengenakkan pasalnya sang juru taktik timnas Indonesia asal korea Selatan yaitu Shin Tae Yong resmi berpisah atau dengan kata lain sudah tidak lagi melatih Tim Nasional Indonesia. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua PSSI Erick Thohir dalam sebuah Konferensi Pers di Jakarta.
Menurut Erick Thohir Keputusan ini diambil berdasarkan rapat yang diadakan secara tertutup Bersama Shin Tae Yong dan jajaran PSSI dan menghasilkan Keputusan untuk PSSI yang memecat Shin Tae Yong atau kerap disapa STY ini, dan juga di dalam Konferensi pers yang lakukan oleh Erick Thohir dirinya menegaskan bahwa hubungan antara PSSI dengan STY tetap berjalan baik meskipun hasilnya menjadi akhir kerjasama antara STY dan juga pihak PSSI. Dia juga menambahkan bahwa Keputusan ini juga diambil berdasarkan evaluasi mendalam tentang kebutuhan akan perubahan kepemimpinan dan juga dinamika internal di Timnas Indonesia yang menjadi perhatian utama PSSI dalam membuat keputusan tersebut.
Keputusan ini juga membuat heboh di seluruh Indonesia khususnya pecinta sepakbola tanah air yang sempat menjadi trending topik di beberapa media sosial seperti Instagram dan juga X. Beberapa media juga banyak yang melaporkan pemecatan yang sangat "tiba-tiba" ini. Mereka sangat menyayangkan keputusan PSSI ini. Hal tersebut dikarenakan agenda pertandingan timnas masih banyak seperti pertandingan Kualifikasi Piala Asia U-23 dan juga persiapan untuk melawan Australia dalam waktu dekat ini dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Selain itu Keputusan ini dinilai terlalu terburu-buru dan tanpa penyebab yang pasti, dan juga mereka geram dengan keputusan ini. Beberapa media dan juga pengamat sepakbola tanah air menduga pemecatan ini dikarenakan hasil yang buruk didapat STY dalam ajang piala AFF 2024. STY yang saat itu menurunkan Skuad muda Timnas U-22 yang bisa dikatakan beberapa pemain belum pernah melakoni debut Bersama timnas. Tujuan dari penggunaan skuad muda U-22 adalah sebagai persiapan kualifikasi piala Asia U-23 di Arab Saudi. Dan skuad ini bahkan tidak bisa menembus babak grup piala AFF 2024 setelah kalah dari Vietnam dan juga Filipina dan hanya meraih satu kemenangan melawan Myanmar dan meraih hasil imbang saat menjamu Laos.
Keputusan yang sangat mendadak ini juga membuat banyak pihak yang terus bertanya-tanya dan menduga-duga. Pasalnya STY sudah lama melatih Timnas Indonesia sejak 2019, yang pada saat itu beliau datang dengan tugas yang sangat banyak dan juga seperti melakukan pembenahan untuk Timnas Indonesia dan saat ini pun Indonesia sudah menjadi negara yang ditakuti di kancah Asia pasalnya, sekarang Indonesia memiliki peluang untuk lolos ke Piala Dunia 2026 yang akan diadakan di Amerika Serikat dan juga Kanada.
Untuk itu, mari kita melihat beberapa alasan yang bisa dikatakan menjadi faktor atau pemicu berakhirnya kerja sama antara pihak PSSI dan STY dalam menangani Timnas Nasional Indonesia.
1. Skema Permainan yang Defensif dan Hobi Merotasi Pemain
STY sudah hampir 5 tahun menahkodai Timnas Indonesia tepatnya pada tahun 2019 sejak kedatangannya. Saat kedatangannya pun Timnas kita dinilai belum bisa memaksimalkan kemampuan dasar dari sepakbola mulai dari passing hingga shooting sehingga saat kedatangannya Timnas Indonesia mulai didorong untuk memaksimalkan kemampuan dasar terlebih dahulu, setelah itu kita bisa melihat perkembangan permainan Timnas Indonesia dari tahun ke tahun yang sudah mulai memaksimalkan kemampuan passing yang baik dan penyelesaian yang baik ketika berada di gawang lawan. Hal ini sempat mendapatkan pujian dari beberapa pihak dan menganggap bahwa beliau adalah salah satu pahlawan yang membantu Timnas Indonesia kembali ke trek permainan yang bagus. Namun, lama-kelamaan permainan Timnas menjadi lebih defensif atau bertahan hal ini terlihat dari yang awalnya STY menggunakan formasi 4-3-3 menjadi 4-5-1 atau 3-5-1. Karena perkembangan sepakbola modern yang mulai menggunakan formasi 3 pemain belakang yang dianggap bisa memaksimalkan kemampuan pemain sayap. Namun, berbeda dengan permainan Timnas yang cenderung memakai permainan satu dua dan menyerang sesuai yang diajarkan sekolah persepakbolaan ataupun permainan-permainan kita sebelumnya. Hal ini terus mendapat kritikan dan terbukti di beberapa pertandingan melawan negara-negara diluar Asia Tenggara seperti Jepang, Arab Saudi dan Australia Timnas kesulitan dalam mengimbangi permainan mereka. Hal ini terus menerus dilakukan permainan defensif ala STY dinilai tidak efektif dengan sehingga beliau dikatakan "miskin taktik" akibat permainan defensif yang terus menerus diterapkan dan berlawan dengan filosofi permainan timnas sebelumnya yang bermain menyerang.
Selain itu juga, STY bisa dibilang hobi melakukan rotasi pemain Timnas Indonesia. Rotasi yang dimaksud adalah mengganti susunan pemain atau tidak konsisten menggunakan pemain yang bisa dibilang selalu bermain bagus justru saat pertandingan selanjutnya malah ditempatkan di bangku cadangan. Terlebih lagi rotasi ini dilakukan ketika skuad garuda melakoni laga-laga penting seperti saat laga Kualifikasi Piala Dunia melawan Australia dan Bahrain hanya mendapatkan hasil imbang, puncaknya ketika melawan China. Timnas yang saat itu di unggulkan malah harus mengakui keunggulan China dengan skor 2-0. Kegagalan- kegagalan ini dinilai akibat STY selalu melakukan percobaan ataupun rotasi pemain di laga-laga krusial saat skuad Garuda membutuhkan poin kemenganan. Rotasi memang terkadang dilakukan pelatih-pelatih sepakbola untuk menemukan formula yang tepat agar dapat meriah kemenangan. Namun, dalam hal ini STY bisa dibilang melakukan kesalahan akibat hobinya yang merotasi pemain.
2. Tidak bisa memaksimalkan pelayanan yang baik dari PSSI