Lihat ke Halaman Asli

Hal-hal tentang Jalan yang Sering Kita Lewati

Diperbarui: 30 Maret 2019   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi penanda di pinggir jalan. (Foto: Alamy/The Times)

Ada banyak jalan menuju Roma. Kalimat yang mudah muncul saat kita berbicara terkait kata "Jalan". Tetapi, secara spesial kali ini kita akan melihat pada jalan yang sering kita lewati. 

Banyak hal menarik lagi maknawi jika sejenak mengingat-ingat atau menikmati jalan-jalan ini. Memang harus diakui bahwa beberapa jalan seolah menuntut kita untuk terus melewatinya lagi. Sedangkan beberapa lainnya hanya sehari-hari dilewati tanpa ingat namanya.

Jalan apapun yang dimaksud disini adalah jalan dalam arti seluas-luasnya. Dari arti yang sebenarnya hingga sejauh imaji dan rasa yang mampu kita gali. Misalnya jalan utama yang sering kita lewati untuk pergi sehari-hari. Jalan ke kantor, ke kampus, ke sekolah, ke pasar, ke tempat belanja, jalan pulang ke rumah, atau jalan ke mana pun sesuai kepentingan kita masing-masing. 

Terlepas dari kondisi sempit, gelap, berbatu, ber-gang, becek, maupun jalan raya yang selalu menyuguhkan kemacetan, semua jalan itulah yang suka tak suka harus kita lewati. Kadang, ini berat.

Sungguh, pada jalan-jalan ini pula kita sering menggantungkan asa. Menaruh segala harap dalam irama waktu. Amati saja, jalan-jalan itu tetap setia menunggu kita. Sampai akhirnya kita bertemu lagi dengannya di sewaktu-waktu dalam suatu makna, memori, peristiwa, atau bahkan kulineri di sepanjang jangkauan julukannya. Sampai akhirnya kita tersadar beberapa jalan mungkin terlewati begitu saja tanpa sempat dinikmati. Beberapa hal dapat kita temukan di antara kelindan rutin hariannya.

De Javu

Keadaan dimana seolah-olah kita pernah mengalami peristiwa yang sama seperti yang pernah dialami sebelumnya. Sensasi ini lazim dialami oleh sebagian besar kita. Menurut Sigmund Freud, de javu terkait akan keinginan yang terpendam baik secara sadar atau tidak. 

Lebih lanjut, keadaan ini merupakan efek dari kerja otak yang kurang sempurna dalam merespon stimulus dari luar sehingga menuntun kita pada sebuah kemiripan sensasi tertentu atau memori tentang peristiwa yang seolah berulang persis. 

Secara umum hal ini terjadi bisa juga karena faktor fisik misalnya kelelahan, adanya gangguan fungsi bagian otak secara temporal, atau karena gangguan penyakit lainnya. Terlepas berbahaya atau tidaknya penyebab de javu, tetap saja pengalaman semacam ini adalah bagian dari perjalanan kita sehari-hari yang hampir semua orang pernah mengalami.

Sang Penanda

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline