Lihat ke Halaman Asli

Deny Arjuniadi

Manusia Biasa

(Pura-pura) Buta

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti biasa, tiap siang saya bersama teman-teman kantor keluar mencari tempat makan untuk mengisi perut kami yang sudah kelaparan. Siang itu kami makan di tempat langganan kami, kebetulan pemilik tempat makan itu merupakan kakaknya salah satu teman kantor saya. Jadi saya dan teman kantor lumayan sering makan siang di tempat ini.

Saya memesan ayam bakar dan teman kantor saya yang lain ada yang memesan yang sama, ada juga yang memesan menu lain. Lumayan cukup lama kami menunggu pesanan makan siang dating ke meja kami. Dan setelah menunggu lama hamper 15-20 menit akhirnya makanan yang ditunggu tiba. Saya dan teman kantor langsung menyantapnya dengan sedikit tidak sabaran sebab sudah lapar ditambah pula harus menunggu lama. Sambil kami menikmati makan siang kami, seperti biasa saya dan teman kantor mengobrol dan bercakap cakap ringan.

Tak lama, datangnya dua orang pengemis ke meja kami. Keduanya laki-laki berumuran sekitaran 40 atau 50an. Bapak yang satu terlihat sehat sedangkan bapak yang satunya lagi terlihat berjalan terpopoh sambil memegang punggung teman satunya yang didepannya. Sepertinya bapak yang satu yang memegang punggung temannya buta terlihat dari matanya yang sepertinya merem dan tidak terbuka. Sepertinya memang buta dan sangat meyakinkan dari cara berjalan yang tergopoh gopoh. Kebetulan saat itu saya tidak ada uang recehan dan begitupun dengan teman kantor saya sehingga kami tidak memberikan uang kepada kedua orang pengemis itu. “Maaf pak” gue langsung bilang ke pengamen itu. Namun pengemis itu tetap berdiri di samping meja makan gue sambil bilang Mohon sadakohnya. Karena memang tidak ada recehan kami tidak memberikan uang kepada pengemis tersebut. Lama pengemis itu berdiri disamping meja kami dan akhirnya pergi meninggalkan meja kami tanpa kami beri uang. Sedikit menyesal dan kasihan juga kami tidak memberikan sepersen pun untuk pengemis itu yang mengaharapkan iba kami. Saat pengemis itu pergi, saya langsung melihat kedua pengemis itu pergi. Dari belakang saya lihat pengemis itu namun saya kaget beribu kaget. Saya lihat pengemis yang tadi terlihat buta, yang berjalan tergopoh gopoh yang memegang punggung temannya itu terlihat jalan sangat gagah dan kuat. Bahkan cendrung berjalan cepat tanpa lagi memegang punggung temannya. Astaga ternyata pengemis tadi hanya pura-pura buta. Saya langsung memberi tahu teman kantor saya untuk melihat kedua pengemis itu jalan. Teman kantor saya menggeleng gelengkan kepala. Kami bersyukur tadi tidak memberikannya uang. Untuk mengemis saja sampai pura-pura menjadi buta, benar-benar perbuatan yang memalukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline