Lihat ke Halaman Asli

Kemudian Aku Pun Menunggu

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selebar sayap mentari yang menerawangi singgasana bumi mengilhami pencarian dan perikehidupan sebagai insan sebagai penggerakan roda dan waktu

Berpacu aku menembus batas diam yang naif dengan gelora ganda dan doa harap-harap cemas yang diajarkan

Aku mematri angin malam agar menjadi segudang puisi dengan lentera serat di ujung fajar, menjuntai aroma pagi dengan semangat sisa yang mesti tetap gagah perkasa berani menatap silaunya matahari

Tak ada lelah di celah rongga punggungku, tak boleh karena aku laki-laki pemangku mimbar cipta yang dijanjikan diri sendiri

Tapi pergulatan ini menghempasku di nadir yang nyeri

Yaa Rabb...

Kemudian aku menunggu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline