Lihat ke Halaman Asli

RORP (Rasional, Objektif, Realistis, Proporsional)

Diperbarui: 17 September 2024   06:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: www.pexels.com

Bila 4C (critical thinking and problem solving, creativity and innovation, communication, collaboration) ditentukan sebagai empat kompetensi terpenting di masa depan, maka RORP (rationality, objectivity, realisticism, proportionalism)  merupakan indikator kedewasaan yang juga harus dimiliki para peserta didik di akhir masa pendidikan mereka.

Kompetensi 4C berkait dengan keterampilan kognisi dan afeksi, sedangkan RORP lebih merupakan fondasi mental yang justru lebih penting. Kompetensi 4C hanya bisa diberdayakan di atas fondasi RORP. Baik 4C maupun RORP harus diupayakan penumbuhannya sepanjang penyelenggaraan proses pendidikan.

Kata 'dewasa' atau adult dalam bahasa Inggris berasal dari kata adultus yang berarti 'telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna' atau 'telah menjadi dewasa'. Orang dewasa karenanya adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima posisi di dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya. Elizabeth Hurlock menetapkan usia 18 tahun sebagai batas tercapainya masa dewasa dini (early adulthood) (Hurlock, 1980). Tentu saja Hurlock merujuk pada budaya Amerika -tempat di mana ia tinggal.

Selaku muslim, idealnya kedewasaan itu dicapai bersamaan dengan baligh-nya seorang anak secara fisik. Makanya dikenal istilah akil-baligh. Sayangnya, belakangan ini ada kecenderungan anak lebih cepat baligh (matang secara fisik-seksual) namun makin lambat akil (dewasa, matang secara mental). Dorongan syahwat akibat baligh yang terlampau cepat makin menggebu di usia SD, namun kematangan mental baru dicapai di atas usia 20 tahun (usia kuliah atau lulus SMA). Ini menimbulkan banyak sekali masalah sosial.

Sebagian orang menolak istilah 'akil' atau 'aqil', karena dalam literatur fikih, 'aqil' (berakal) adalah lawan bagi kategori 'majnun' (orang gila). Istilah yang lebih tepat dalam hal ini adalah 'rusyd'. 

Dalilnya adalah Surat Ali Imran ayat ke-6: "Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah rusyd (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartanya."

Kata 'rusyd' di situ dijelaskan sebagai 'pandai mengelola harta' karena rasionalitas si anak yatim telah tumbuh, sudah punya sound judgment.

Dalil yang lain ialah Surat Al-Ambiya ayat ke-51: "Sungguh, Kami benar-benar telah menganugrahkan kepada Ibrahim sifat rusyd-nya sebelum (Musa dan Harun) dan adalah Kami Maha Tahu tentang dia."

Menurut sebagian ahli tafsir, makna rusyd dalam  ayat itu ialah Allah membimbing Ibrahim berhujjah kepada kaumnya (Al-Mukhtashar f Tafsir al-Qur`an al-Karim susunan Komite Ulama Tafsir Kerajaan Saudi Arabia). Argumentasi Ibrahim ditopang oleh rasionalitas dan objektivitas yang mencerminkan ar-rusyd. Ia mengkritik keras kaumnya yang menyembah berhala: benda mati yang tidak bisa mendengar dan berbicara. Tidak mampu mendatangkan manfaat dan menolak mudarat bahkan terhadap diri mereka sendiri.

Ketidakdewasaan ditunjukkan dengan ketiadaan RORP. Bila coba disimpulkan, ketiadaan RORP itu disebabkan oleh salah asuh dan egosentrisme yang belum tuntas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline