Gelaran Euro 2020 dan Copa America 2021 usai sudah. Argentina dan Italia mentahbiskan diri sebagai juara dalam tinta emas sejarah. Keduanya menjadi juara dengan takdir serupa, mengalahkan "Sang Tuan Rumah".
Setelah ditunda satu tahun, akhirnya di pertengahan tahun kita kembali disajikan perhelatan sepakbola akbar di benua biru dan benua latin. Copa America sampai merubah nama tahunnya menjadi 2021, sementara Euro bergeming dengan angka 2020 demi merayakan romantisme 60 tahun perjalanan mereka.
Dalam kurun waktu 16 bulan mendatang, kita akan kembali disuguhkan oleh turnamen sepakbola akbar yang paling dinanti-nantikan, Piala Dunia. Edisi kali ini sedikit berbeda, dihelat saat musim dingin dengan tuan rumah yang mewakili benua Asia, Qatar.
Meski saat ini Piala Dunia 2022 belum mendapatkan kontestan resmi karena beberapa federasi sedang melaksanakan babak kualifikasi, akan sangat menarik bila kita meraba peta kekuatan dan persaingan timnas sepakbola dalam konstentasi lapangan hijau ini.
1. Mencari penakluk Asia selanjutnya.
Ketika Jepang dan Korea Selatan untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah bersama dan juga pertama kalinya Piala Dunia digelar di benua Asia 19 tahun silam, negara yang berhasil menaklukannya adalah Brasil. Tim Samba boleh jumawa karena dari lima trofi yang mereka miliki, empat di antaranya didapatkan di benua yang berbeda-beda, termasuk Asia.
Tentu saja Neymar dkk saat ini sedang mencari obat penawar kegagalan mereka di final Copa America lalu. Mengulang kesuksesan di Asia akan menjadi pelipur lara.
Akan tetapi, tim-tim Eropa juga berhasil membuktikan diri dengan menjuarai turnamen ini ketika dihelat di luar "kandang" mereka. Sebut saja Spanyol pada Piala Dunia 2010 (Afrika Selatan) dan Jerman di Piala Dunia 2014 (Brasil).
Jangan lupakan Perancis yang juga sudah menaklukan "Asia". Meski secara teknis Rusia masuk dalam zona Eropa sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018, secara geografis 77% wilayah negeri beruang merah masih berada di zona Asia Utara.
Sayangnya anak-anak asuh Didier Deschamps masih harus melawan kutukan sejak era milenium, dimana juara bertahan tidak akan lolos babak grup di Piala Dunia selanjutnya.
2. Hegemoni Benua Biru dan Benua Latin.