[caption caption="Arsene Wenger & FA Cup || (sumber: huffingtonpost.co.uk)"][/caption]
Saya pernah bertanya pada salah satu teman saya yang merupakan fans berat dan fanatik Arsenal, bagaimana rasanya menjadi suporter dari klub ibukota Inggris tersebut. Bukan jawaban sedih, senang, bangga, keren dan lainnya yang saya dapatkan. Ia menggambarkannya hanya dengan satu kata: GREGETAN!
Rasanya wajar bila fans The Gunners gregetan melihat penampilan tim kesayangannya. Selalu tampil meyakinkan di awal musim hingga menjadi kandidat juara, namun juga selalu kehabisan bensin menjelang putaran terakhir, seperti penampilan playmakernya yang juga punya penyakit letoy di menit-menit akhir laga.
Mungkin mereka lupa bahwa Arsenal dipimpin pelatih jenius yang dijuluki 'Profesor' dengan target finis minimal empat besar dan menjual pemain terbaiknya dengan harga tinggi di setiap musimnya. Musim ini disinyalir Profesor menargetkan misi serupa. Mereka sedang berjuang untuk setidaknya finis di posisi empat. Selain itu, menurut kabar burung pemain terbaiknya juga siap-siap masuk etalase penjualan. Si pemain yang kebetulan juga ingin 'ditutup' oleh pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru jika sudah menjabat Oktober nanti.
Who is Professor?
Awalnya tidak ada yang mengenal si Profesor Arsene saat diperkenalkan sebagai pelatih baru Arsenal. Ia memang sempat menimba pengalaman dan sukses di tanah kelahirannya sebelum merantau selama setahun di negeri Miyabi. Kembali ke Eropa dengan menukangi tim Inggris, Profesor menunjukkan kelasnya sebagai pelatih yang patut diperhitungkan.
Periode akhir 90-an dan awal 2000-an menjadi era kesuksesan si Profesor. Bersama kakek bangkotan yang memimpin klub dari kota belakang kulkas, mereka bergantian menguasai Inggris. Puncaknya pada musim 2003/2004, The Gunners sukses mencetak sejarah sebagai The Invicibles, satu-satunya tim yang tak pernah kalah di liga dalam satu musim. Rekor yang belum mampu dipecahkan atau disamai oleh tim manapun di Inggris sampai saat ini.
[caption caption="The Invicibles Squad || (sumber: premiereleague.com)"]
[/caption]
Namun setelahnya, Arsenal mengalami moon walk effect atau kemunduran secara teratur. Kedatangan Papi-Papi Gula penjual minyak dari Rusia dan Arab turut menyingkirkan The Gunners dari persaingan yang kian ketat. Bahkan fans harus menyaksikan tim pujaannya puasa selama 9 tahun! Meski dalam tiga tahun terakhir mereka telah berbuka puasa. Hal itu tidak mengubah pendirian para fans, Profesor harus out!
No more St. Totteringham's Day!
Dua dekade menukangi Arsenal dengan bergelimang gelar di 10 tahun pertama, namun tahun-tahun berikutnya miskin prestasi dan hanya memiliki target masuk zona empat besar. Ditambah para pemain terbaik dan kesayangan Gooners juga dilego satu per satu. Ini membuktikan bahwa Profesor Arsene memang gagal sebagai pelatih namun sukses sebagai manajer (penjualan). Bila ia membuka lapak e-commerce, cap 'Recomended Seller' sudah tertempel di jidatnya.