Lihat ke Halaman Asli

Hitam Putih Abad 20

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tiupan angin pesisir dan deru ombak mengheningkan suasana..
taburan bintang diangkasa menyempurnakan malam yang kian larut..
alunan irama jazz, berbatang-batang nikotin, dan sebotol bir adalah surga yang bisa ku raih..
sang dewi malam hadir bersamaku tuk menikmati malam..
hmm.. hanya surga ini yang bisa ku raih..
kutinggalkan semua permainan yang memenjarakan kebenaran dan kejujuran..
ku bosan mendengar jeritan rakyat miskin..
ku bosan mendengarkan kebohongan pejabat..
ku bosan mendengar kisah petualangan para penjahat..
ku bosan mendengar suara nafsu yang selalu mengajakku menjelajahi jalan menuju neraka..
ku diam..
ku menangis..
ku berteriak, "Tuhan...? Tuhan...? Tuhan...?"
nuraniku sakit..
ku takut..
ku takut..
ku benar-benar takut..
ku takut ku akan menjadi pecundang sejati jika ku tak ikut permainan ini..
tapi ku takut surga tak mau menerimaku jika ku menjadi pemain ini..
maaf Tuhan..
ku masih bodoh tuk mengerti hitam putih abad 20




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline