Lihat ke Halaman Asli

Bebaskan Tanah Palestina untuk Palestina yang Merdeka

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film Dokumenter “Peace, Propaganda & The Promised Land” menayangkan realitas negara Palestina yang berseteru dengan negara tak tahu diri (Israel). Realitas saat ini mengatakan bahwa negara Palestina berada di bawah tekanan dan kekuasaan bangsa Israel yang menurut saya dan sebagian orang di dunia ini sebagai tindakan tidak berprikemanusiaan. Jelas saja, ini ditunjukkan dengan “pencaplokan” tanah Palestina oleh bangsa Yahudi sejak tahun 1948-1952 terjadi imigrasi besar-besaran sekitar 648.000 orang ke Israel yang terdiri dari populasi Yahudi di negara Arab dan Eropa. Sejak saat itulah bangsa Palestina terjajah di negeri mereka sendiri. Sungguh bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang sangat berat dan tak beradab.


Kebiadaban tentara Israel yang menyisir daerah konflik Palestina-Israel di tanah Palestina sungguh tak berprikemanusiaan dan mengarah pada perilaku tak manusiaswi di bawah perilaku hewan. Ini ditunjukkan dalam video yang berdurasi 1 jam lebih 20 menit itu. Peran media sangat berperan dalam mendamaikan situasi konflik Palestina-Israel atau makin membuat runyam dan semerawut konflik tersebut. Seperti pada media Amerika Serikat yang sebenarnya mengarah ke adu domba politik Palestina dan Israel memberitakan bahwa tingkat simpati warga AS mengarah pada Israel dengan persentase 52 % sedangkan untuk Palestina hanya 10 % berdasarkan CBS NEWS POLL. Hal ini jelas menandakan keberpihakan AS terhadap Israel yang memang pada kenyataannya AS adalah negara sekutu Israel.


Adu domba itu diperlihatkan AS saat Israel menyerang wilayah Palestina di mana AS membuat skenario dan propaganda peperangan antara Pihak Hamas dan Fatah di Palestina yang merupakan dua basis utama politik Palestina. Ini menjadi senjata bagi AS untuk melancarkan serangan tidak langsungnya melalui Israel dan selalu membantu persenjataan untuk Israel dalam menggempur tanah Palestina. Di awali dengan konflik dan peperangan di Libanon pada tahun 1982 yang memperlihatkan banyaknya warga sipil tak bersalah dibunuh secara sadis oleh tentara Israel maupun AS yang memang berniat untuk menguasai Palestina secara sepenuhnya melalui negara tetangga Palestina yaitu Libanon.


Para jurnalis berlomba-lomba dalam memberitakan kabar terkini mengenai situasi peperangan dan konflik berkepanjangan antara Palestina-Israel baik secara blak-blakan tanpa memperdulikan kode etik jurnalistik di mana memperlihatkan gelimpangan mayat yang tersebar di jalan-jalan Jalur Gaza maupun Tepi Barat, Palestina. Seharusnya ada standarisasi tersendiri dalam memberitakan hal tersebut karena menyangkut HAM dan rasa kemanusiaan. Bahkan tak heran peran media makin menjadi-jadi dengan liputan langsung oleh reporter media-media tersebut. Dengan begitu seperti pada materi Komunikasi Politik sebelumnya yang menyatakan bahwa peran media sebagai pusat transformasi informasi khususnya mengenai isu-isu peperangan dan konflik di mata masyarakat dunia memiliki pengaruh besar dalam mindset warga dunia yang disebut sebagai mediatisasi. Dari situlah mampu menjajah logika masyarakat akan keberadaan peperangan dan konflik sebagai jalan terbaik bagi kaum penguasa dan kaum yang lebih kuat merasuki pemikiran warga dunia dan dijajah oleh logika media yang disebut sebagai mediacracy.


Seolah-olah warga AS dibuat simpati terhadap Israel yang tidak punya tanah tempat tinggal padahal mereka yang dengan kejam “mencaplok” tanah bangsa Palestina secara sepihak. Peristiwa-peristiwa nyata di dunia terhadap Konflik Timur Tengah dibuat skenarionya oleh AS dan Israel karena adanya para pemilik perusahaan-perusahaan media AS, elit-elit politik, kampanye public relations pemerintah Israel di mana di dalamnya terdapat para pemilik public relations AS, konsulat-konsulat Israel di beberapa kota di AS, dan organisasi-organisasi AS tertutup), serta grup-grup pengawas pemerintahan melalui media pemberitaan.


Bayangkan saja, banyak pemberitaan tersebut seolah-olah memojokkan Palestina yang semakin lama semakin berkurang tanahnya untuk bangsa Palestina tinggali dan tersisa di Jalur Gaza dan Tepi Barat itu pun sudah mulai dibombardir dengan segala bentuk persenjataan. Bahkan penghancuran bangunan-bangunan bangsa Palestina oleh tentara Israel yang biadab. AS tak segan untuk menggelontorkan dana bantuan untuk Israel sebesar 6 miliar dolar AS atau setara dengan 6 triliun rupiah. Itupun belum dengan senjata gratis dari AS. Sungguh angka yang fantastis untuk biaya perang. Akankah lebih baik untuk pendidikan dan mengatasi kelaparan di dunia. Mereka bangsa yang tidak beradab dan berprikemanusiaan. Hanya mencari kekuasaan semata dan keuntungan untuk dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain.


Sampai data terakhir dalam video itu pada tahun 2000, di wilayah Tepi Barat wilayahnya tinggal 85 %. Di sana ditunjukkan tidak ada pembatas wilayah, tidak ada tempat untuk pesawat mengudara, tidak ada air, tidak ada jalan yang layak, dan sebagainya. Sebenarnya kesemua itu tidaklah harus terjadi jika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bertindak tegas terhadap pendudukan yang dilakukan oleh Israel dengan adanya sanksi keras terhadap Israel dan negara-negara lain di dunia khususnya negara-negara timur tengah maupun negara yang punya kedekatan dengan Palestina bisa membantu pembebasan tanah Palestina dengan satu perdamaian, perdamaian di tanah Palestina untuk Palestina yang merdeka.

http://www.densmart07.blogspot.com/2012/11/bebaskan-tanah-palestina-untuk.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline