Pintu kehidupan tak hanya fisik, melainkan pintu pikiran, hati, dan jiwa yang membentuk pribadi.
Di Setiap Sisi Pintu, Ada Cerita
Membayangkan hidup sebagai sebuah koridor dengan banyak pintu mungkin bukanlah sesuatu yang asing lagi. Setiap pintu memiliki cerita dan pelajaran tersendiri, bahkan seringkali menyimpan sebuah filosofi yang mendalam. Misalnya, ingat masa SMA, seringkali berasa kayak di film-film ya, selalu ada dramanya. Ketika pintu kelas dibuka, bisa jadi serasa memasuki dunia baru, lalu ketika ditutup, ada juga rasa lega, seolah segala suka duka di dalamnya tertinggal di balik pintu.
Namun, pernahkah terpikir bahwa setiap pintu yang dibuka dan ditutup bukan hanya tentang perpindahan fisik dari satu ruang ke ruang lainnya? Dalam diri setiap orang, ada pintu-pintu 'metaforis' yang juga perlu dibuka dan ditutup. Ada pintu kesempatan, pintu kebahagiaan, pintu masa lalu, dan pintu-pintu lain yang tak terhitung jumlahnya.
Melangkah ke depan, Menutup Pintu Masa Lalu
Keberanian membuka dan menutup pintu adalah simbolisasi dari kemampuan kita untuk melangkah maju dan meninggalkan masa lalu. Seperti ketika lulus dari bangku SMA, pintu itulah yang kita tutup dan kita membuka pintu baru, yaitu pintu masa depan yang penuh dengan hal-hal yang tidak diketahui. Hal ini berhubungan erat dengan konsep 'coping' dalam psikologi, yaitu bagaimana kita beradaptasi dengan perubahan dan tekanan dalam hidup.
Terkadang, pintu masa lalu sulit ditutup, terutama jika ada luka atau penyesalan. Tapi sadar atau tidak, menutup pintu masa lalu adalah langkah awal menuju pemulihan. Itu sebabnya, dalam psikoterapi, pasien diajak untuk menerima dan memahami masa lalu, sebelum mereka bisa melangkah maju.
Membuka Pintu Kebahagiaan, Menutup Pintu Kekhawatiran
Lalu ada pintu kebahagiaan dan pintu kekhawatiran, dua pintu ini sering berlawanan. Ketika membuka pintu kebahagiaan, kita harus berani menutup pintu kekhawatiran. Mengapa? Karena menurut teori kognitif dalam psikologi, pikiran kita memiliki pengaruh besar terhadap perasaan dan perilaku kita. Jadi, kalau kita membiarkan pikiran negatif dan kekhawatiran mendominasi, sulit untuk merasakan kebahagiaan.
Menutup pintu kekhawatiran tidak berarti menghindari masalah, tapi lebih kepada bagaimana kita menghadapi dan mengelola kekhawatiran tersebut. Dalam psikologi, ada teknik yang disebut 'cognitive restructuring', di mana kita belajar untuk mengubah pikiran negatif menjadi pikiran yang lebih positif dan realistis.