Lihat ke Halaman Asli

Den Reza Alfian Farid

TERVERIFIKASI

Digital Marketer

Mengapa Kebahagiaan Sulit Diukur Secara Objektif?

Diperbarui: 27 Mei 2023   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by MI PHAM on Unsplash 

Kebahagiaan, fenomena unik yang sulit diukur secara objektif. Artikel ini mengulas alasan di balik kesulitan mengukur kebahagiaan dan bagaimana generasi muda Indonesia mencari kebahagiaan.

Kebahagiaan, Sebuah Fenomena yang Unik

Setiap orang punya pemikiran dan pandangan sendiri soal kebahagiaan, nggak heran jika ini jadi topik yang menarik buat dibahas. Kebahagiaan bisa berarti banyak hal buat orang yang berbeda. Ada yang bahagia dengan kesuksesan karier, ada juga yang bahagia dengan hidup yang sederhana. Namun, pernah nggak sih kepikiran kenapa susah banget mengukur kebahagiaan secara objektif? Nah, kita akan ngobrolin hal ini lebih lanjut.

Sebagai orang Indonesia, kita punya semangat gotong royong dan kekeluargaan yang kuat. Kita selalu ingin melihat orang di sekitar kita bahagia. Tapi, untuk bisa mengerti kebahagiaan orang lain, kita harus tahu dulu nih apa sih yang membuat orang bahagia.

Kebahagiaan Tidak Bisa Diukur Hanya dengan Angka

Ini nih salah satu alasan kenapa susah mengukur kebahagiaan secara objektif: kebahagiaan itu nggak bisa diukur hanya dengan angka. Contohnya, kita bisa mengukur suhu udara dengan derajat Celsius atau Fahrenheit, tapi nggak bisa mengukur kebahagiaan dengan skala yang sama.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Salah satu cara adalah dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Misalnya, kita bisa melihat hubungan dengan keluarga, teman, pasangan, dan lingkungan kerja. Dari situ, kita bisa melihat apakah orang tersebut bahagia atau nggak. Tapi, tentu saja, ini bukan ukuran yang pasti.

Pengaruh Budaya dan Nilai Pribadi

Budaya dan nilai pribadi juga punya pengaruh besar terhadap kebahagiaan seseorang. Contohnya, di Indonesia, banyak orang yang merasa bahagia ketika bisa membantu orang lain. Ini karena kita mempunyai nilai gotong royong yang tinggi. Namun, di negara lain, mungkin nilai ini nggak terlalu penting.

Begitu juga dengan nilai pribadi. Seseorang yang mengutamakan karier mungkin akan merasa bahagia ketika mendapatkan promosi, sementara orang yang mengutamakan kehidupan pribadi mungkin akan merasa bahagia ketika bisa menghabiskan waktu bersama keluarga. Jadi, susah banget ya buat mengukur kebahagiaan secara objektif?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline