Lihat ke Halaman Asli

Den Reza Alfian Farid

TERVERIFIKASI

Digital Marketer

Jangan Mencintai Dengan Hati

Diperbarui: 18 April 2023   03:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Elizabeth Tsung on Unsplash 

Kita sering mendengar ungkapan "mencintai dengan hati," yang mungkin sebenarnya kurang tepat. Kita tidak bisa sepenuhnya melibatkan hati dalam cinta, karena cinta bukanlah semata-mata perasaan, melainkan juga memerlukan pemikiran yang matang. Artikel ini akan membahas mengapa mencintai pakai hati bukanlah pendekatan yang bijaksana dalam menjalin hubungan, dengan menggali pemikiran dari filsafat, keilmuan humaniora, dan ilmu psikologi.

Mari kita mulai dengan merujuk pada pandangan beberapa filsuf terkenal. Misalnya, Plato dalam karyanya, "Symposium," mengajarkan kita bahwa cinta adalah suatu keinginan untuk memiliki kebaikan dan kebahagiaan selamanya. Dari perspektif ini, mencintai dengan hati mungkin bukanlah cara yang ideal. Karena, sebagaimana yang diajarkan oleh filsafat, kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai melalui pemikiran yang jernih dan logis, bukan melalui perasaan yang seringkali tidak rasional.

Ada pula konsep "amor fati" yang diajukan oleh Friedrich Nietzsche. Amor fati, yang berarti "cinta takdir," mengajarkan kita untuk mencintai apa yang tidak dapat diubah, dan menerima kenyataan hidup dengan cara yang lebih bijaksana. Dengan menerapkan prinsip ini dalam mencintai seseorang, kita akan lebih mampu menjaga jarak emosional dan menjalani hubungan dengan lebih realistis.

Dalam keilmuan humaniora, cinta sering digambarkan sebagai perasaan yang kompleks, melibatkan bukan hanya hati, tetapi juga pikiran dan jiwa. Dalam sastra, misalnya, karakter-karakter yang mencintai hanya dengan hati sering mengalami kesulitan dan penderitaan. Contohnya adalah tragedi klasik "Romeo dan Juliet" karya William Shakespeare, di mana sepasang kekasih yang mencintai dengan hati tanpa pertimbangan akhirnya menemui ajal yang tragis.

Ilmu psikologi juga menunjukkan bahwa cinta yang hanya melibatkan hati bisa membawa dampak negatif bagi kesehatan mental dan kebahagiaan seseorang. Psikolog Robert Sternberg mengembangkan Teori Triangular Cinta, yang menyatakan bahwa cinta melibatkan tiga komponen: gairah, kedekatan, dan komitmen. Gairah mencakup perasaan yang kuat, seperti hasrat dan ketertarikan, sementara kedekatan melibatkan perasaan hangat dan nyaman dengan seseorang. Komitmen, di sisi lain, adalah keputusan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan dalam jangka panjang.

Jika seseorang hanya mencintai dengan hati, mereka mungkin akan terfokus pada gairah dan kedekatan, tetapi mengabaikan komitmen. Hal ini bisa berakibat pada hubungan yang tidak stabil dan tidak bertahan lama. Sebaliknya, mencintai dengan hati dan pikiran memungkinkan seseorang untuk mempertimbangkan komitmen dan membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam hubungan.

Ada beberapa alasan mengapa mencintai dengan hati saja bisa berbahaya. Pertama, jika kita hanya mencintai dengan hati, kita mungkin akan mengabaikan perbedaan-perbedaan yang mungkin ada antara diri kita dan orang yang kita cintai. Kita mungkin menjadi buta terhadap kekurangan-kekurangan mereka, yang bisa menimbulkan masalah dalam hubungan di masa depan. Kedua, mencintai dengan hati saja bisa membuat kita terlalu bergantung pada perasaan kita, yang seringkali labil dan tidak konsisten. Hal ini dapat menyebabkan hubungan yang penuh konflik dan ketidakpastian.

Ketiga, mencintai dengan hati saja bisa membuat kita mudah terjebak dalam perangkap cinta yang disebut "limerence." Limerence adalah perasaan obsesif dan kompulsif terhadap seseorang, yang muncul akibat perasaan cinta yang terlalu menggebu-gebu. Menurut psikolog Dorothy Tennov, limerence bisa menyebabkan perilaku yang merugikan, seperti mengabaikan kewajiban dan merusak hubungan dengan orang lain.

Sebaliknya, mencintai dengan hati dan pikiran bisa membantu kita menjalin hubungan yang lebih sehat dan bahagia. Selain itu, mencintai dengan hati dan pikiran juga mengajarkan kita untuk lebih bijaksana dalam mengelola emosi dan menjaga kesejahteraan mental. Berikut beberapa cara untuk mencintai dengan hati dan pikiran:

  • Kenali diri sendiri: Sebelum menjalin hubungan, penting untuk mengenali diri sendiri, termasuk kelebihan, kekurangan, dan nilai-nilai yang dipegang. Dengan mengenali diri sendiri, kita bisa lebih mudah menemukan pasangan yang cocok dan saling melengkapi.
  • Pertimbangkan kompatibilitas: Dalam mencari pasangan, kita harus mempertimbangkan kompatibilitas dalam hal nilai, kepercayaan, dan tujuan hidup. Pasangan yang kompatibel akan lebih mungkin menjalin hubungan yang harmonis dan bertahan lama.
  • Komunikasi yang efektif: Mencintai dengan hati dan pikiran memerlukan komunikasi yang efektif antara kedua belah pihak. Dalam berkomunikasi, kita harus jujur, terbuka, dan saling mendengarkan, sehingga kita bisa memahami perasaan dan kebutuhan pasangan kita.
  • Berkomitmen pada pertumbuhan bersama: Mencintai dengan hati dan pikiran berarti berkomitmen untuk tumbuh dan berkembang bersama pasangan. Hal ini melibatkan usaha untuk mengatasi masalah, belajar dari kesalahan, dan mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama.
  • Pertahankan keseimbangan: Mencintai dengan hati dan pikiran juga berarti menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi, sosial, dan profesional. Kita harus menjaga agar hubungan tidak menguasai seluruh aspek kehidupan kita, sehingga kita tetap memiliki waktu dan energi untuk diri sendiri dan orang-orang yang kita cintai.
  • Belajar mengelola emosi: Emosi adalah bagian yang tak terpisahkan dari cinta, tetapi kita perlu belajar mengelola emosi dengan bijaksana. Hal ini melibatkan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan secara sehat, mengendalikan reaksi negatif, dan mengatasi stres dalam hubungan.
  • Menjaga kesehatan mental: Kesehatan mental sangat penting dalam menjalin hubungan yang sehat dan bahagia. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan mental dengan cara-cara seperti meditasi, berolahraga, dan mencari dukungan dari teman dan keluarga.
  • Menghargai perbedaan: Setiap individu memiliki perbedaan yang unik, dan mencintai dengan hati dan pikiran berarti menghargai perbedaan tersebut. Kita perlu belajar menerima dan menghargai perbedaan antara diri kita dan pasangan, sehingga kita bisa saling melengkapi dan tumbuh bersama.
  • Membina kepercayaan: Kepercayaan adalah fondasi utama dalam hubungan yang sehat. Untuk membangun kepercayaan, kita harus berkomitmen untuk jujur, setia, dan konsisten dalam tindakan kita. Kepercayaan yang kuat akan membuat hubungan lebih kokoh dan tahan terhadap tantangan.
  • Berinvestasi dalam hubungan: Mencintai dengan hati dan pikiran berarti berinvestasi dalam hubungan. Investasi ini bisa berupa waktu, perhatian, atau sumber daya lainnya yang diperlukan untuk menjaga hubungan tetap sehat dan bahagia. Semakin banyak kita berinvestasi dalam hubungan, semakin besar kemungkinan hubungan tersebut akan bertahan lama.

Dengan melibatkan hati dan pikiran dalam cinta, kita akan lebih mampu menjalani hubungan yang sehat, harmonis, dan langgeng. Kita juga akan lebih bijaksana dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang mungkin muncul dalam perjalanan cinta kita. Sebagai penutup, ingatlah bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang pemikiran, usaha, dan komitmen yang diperlukan untuk menjaga agar hubungan tetap sehat dan bahagia. Dengan demikian, jangan hanya mencintai pakai hati, tetapi juga pikiran dan jiwa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline