Lihat ke Halaman Asli

Catatan Denovan: Berikut Lika Liku Madridista Menunggu La Decima Selama 12 Tahun

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

A Por La Decima, itulah ucapan atau slogan yang lazim di kumandangkan Madridista di kolong jagad saat Liga Champions memulai musim baru nya sejak meraih gelar ke 9 nya pada tahun 2002, kata yang berarti untuk gelar yang kesepuluh ini bermakna untuk membakar semangat para pemain bahwa sesungguhnya Madridista sangat mengidamkan trofi ke 10 tersebut di bawa pulang ke Bernabeu. Beberapa cara di lakukan Florentino Perez saat menjadi presiden Madrid era 2002-2003, kala itu perez mengumpulkan pemain bergaransi bintang lima dalam diri Ronaldo de Lima, David Beckham, Michael Owen hingga wonderkid kala itu Robinho, sayang obsesi La Decima perez kala itu gagal walau Madrid pun bergonta ganti pelatih mulai dari Vicente del Bosque, Jose Antonio Camacho & Wanderley Luxemburgo.

Masuk era 2006, Madrid kini di presideni Ramon Calderon, setali tiga uang sang presiden yang berprofesi sebagai lawyer ini pun mengkampayekan La Decima dengan cara merekrut gerbong timnas Belanda di skuadnya mulai dari Ruud Van Nistelrooy, Wesley Sneijder, Rafael Van der Vaart, Klass Jan Huntelarr bahkan Calderon saat itu merekrut bek Kiri yang tampil ciamik di Piala Eropa U-21 tahun 2007 yaitu Royston Drenthe, lagi lagi Madrid harus gigit jari karena kampanye La Decima mereka bahkan harus terhenti di babak 16 besar setiap musim nya.

Tahun 2009 Perez kembali mengambil alih tampuk tertinggi di Bernabeu, dengan misi yang sama Perez kali ini membentuk Los Galacticos chapter 2 dengan menjadikan Cristiano Ronaldo sebagai pemain termahal di planet bumi kala itu, CR7 bergabung dengan di susul bintang lain seperti Karim Benzema, Ricardo Kaka dan Xabi Alonso. Gagal di musim pertama Perez mendatangkan Jose Mourinho si peraih kuping besar tahun 2010 sebagai pelatih, Mou datang sepaket dengan bintang Piala Dunia 2010 semacam Mesut Ozil, Sami Khedira & Angel Di Maria, sayang kembali Madrid kembali nihil gelar Liga Champions dalam 2 musim kedepannya kendati mereka meraih gelar Copa del Rey & Laliga tetap saja Mourinho di depak akibat selalu gagalnya Madrid di babak semifinal 3 musim beruntun.

Musim 2013-2014 Perez pun mendatang Carlo Ancelotti, peraih 4 gelar Liga Champions bersama Ac Milan baik sebagai pemain tahun 1988 & 1989 maupun saat menjadi pelatih tahun 2003 & 2007. Don Carlo di beri bonus dalam diri Gareth Bale, ya Bale di datangkan Perez sebagai pemain termahal dunia mengalahkan Cristiano Ronaldo dengan mahar 100 juta Euro. Tampil lebih stabil Madrid asuhan Ancelotti sebenarnya mengarungi musim yang cukup berliku, kekalahan di derby el Madrileno & el Clasico bisa jadi membuat peluang meraih Laliga tertutup kala itu. Namun sisi baiknya Ancelotti menghadirkan Trophy Copa del Rey 2014 dan tentu saja gelar Liga Champions 2014 alias La-De-Ci-Ma !

Di Final pertama sejak 12 tahun ini Madrid menghadapi Militansi juara Laliga 2014 yaitu Atletico de Madrid, Final derby pertama sepanjang sejarah liga champions ini nyatanya sangat menyiksa Madrid, tertinggal melalui gol Diego Godin di menit 36 Madrid yang di tuntut menyamakan kedudukan justru berbalik sangat kesulitan membokar lapisan pertahanan tim asuhan Diego Simeone, saya melihat di simpannya 4 centre Midfielder di lini tengah dalam diri Koke Ressureccion, Raul Garcia, Gabi dan Tiago membuat Madrid seperti bertemu gelandang bertype box to box dalam setiap side penyerangannya, ini yang menurut analisa saya mengapa Madrid begitu menderita sepanjang laga, namun masuknya Isco & Marcelo membuat pemain kreatif Madrid bertambah, kali ini Luka Modric tak sendirian dalam mencari celah dengan masuknya Isco, lalu seorang Angel Di Maria pun di dampingi side bek yang lincah seperti Marcelo. Hasilnya dengan di bantu faktor keburuntungan yang tinggi Sergio Ramos melompat menyambut sepak pojok Modric di menit 92, hasilnya gol ! Madrid menyamakan kedudukan sekaligus memaksa pertandingan ini berlanjut ke extra time. Di babak ini Atelico yang sudah letih membuat pertahanan sepanjang waktu normal berbalik di buat menderita oleh Madrid yang seperti mendapat nafas anyar selepas gol Ramos, alhasil trigol Bale-Ronaldo-Marcelo mengunci gelar Liga Champions ke 10 mereka. Awesome !!! Anyway, Atletico sejatinya tampil sangat bagus, bahkan saya sangat terkesan dengan parkir bus ala Simeone, menempatkan 4 gelandang sentral, mempersempit ruang gerak, dan menyerang secara cepat adalah alasan mengapa pelatih ini menurut kaca mata saya bisa disamakan dengan Helenio Herrera & Jose Mourinho.

Back to topic, keberhasilan Real Madrid memecahkan telur La Decima nya memang layak di rayakan dengan Euforia yang tinggi, namun seperti yang di katakan Ancelotti ini baru awal dari kesuksesan, ya memang apa yang di lontarkan Don Carlo benar adanya, pintu musim lalu sudah di tutup dan pintu musim depan akan di buka, Lepasnya gelar Laliga musim lalu, performa tim yang menurun menjelang tutup musim sejatinya menjadi pelajaran bahwa kecacadan tim masih menganga, apalagi musim depan Madrid kudu terbang ke Maroko guna mengikuti Fifa Club World Cup sebagai utusan dari UEFA hal ini membuat Madrid di tuntut menjaga stabilisasi tim, kebugaran tim dan mentalitas. Jika tak di tingkatkan maka puasa gelar 12 tahun bisa kembali terulang, cayo Real Madrid !!

Salam olahraga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline