Lihat ke Halaman Asli

25 Tahun Menikmati Pekerjaan...

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari masih pagi, dan untuk pertama kalinya memaksakan diri untuk berjalan dan keluar rumah.

itu pukul 7.30, waktu yang seharusnya saya masih terlelap di tempat tidur, dan bermimpi ber-Kayang ria bersama di Rihanna di satu stage.. Yawn!

itu masih di Awal November 2011, Mengurus hal-hal berkaitan dengan Bank adalah something complicated apalagi jika kau mendapat jatah untuk antri karena telat datang, jadi wajar, datang jauh sebelum Bank buka adalah pekerjaan tak salah, bahkan dapet bonus pahala dan leha-leha. Termasuk mengobrol dengan seseorang..

Yupz, ketika asyik duduk menunggu Bank Mandiri di Kota Saya buka, saya tiba-tiba dibuat tertarik oleh seorang Bapak Berumur yang sudah datang lebih dulu dari saya, ia seorang tukang Parkir di Bank yang katanya paling gede di Indonesia ini, katanya.

Namanya Pak Junaidi, simple dan apa adanya, seperti orangnya yang kemudian saya dapati sangat ramah ketika akhirnya saya bisa mengajaknya mengobrol.

“Sudah 25 tahun mas”, Jawabnya ketika saya bertanya sudah berapa lama menjadi tukang parkir.

“Bapak disini sejak Bank ini dulu namanya Bank Eksim (Ekspor Impor), dan boleh dibilang, menjadi saksi hidup perubahan berbagai kehidupan disini”. Tambahnya dengan lepas

Ya, Jadi pak Jun sudah menjadi seorang tukang parkir selama 25 tahun, dan baginya itu satu-satunya pekerjaan yang benar-benar dinikmatinya, meskipun katanya, di  rumahnya ia juga berusaha ternak ikan sebagai penghasilan tambahan. Tapi menjadi tukang Parkir tetap menjadi pekerjaan utamanya.

dan selama itu pula, ia benar-benar merasakan berbagai perubahan yang terjadi di Bank Mandiri ini.

“Kalau dulu, orang-orangnya, karyawannya asyik-asyik dek, bapak sering disapa, disenyumin, apalagi bosnya, baik sekali sama bapak. Kalau yang sekarang, jarang sekali nyapa, gak enak aja”. Curhatnya dengan lepas ke saya pagi itu

Pak Jun, seperti itu kemudian saya memanggilnya, juga bercerita bahwa ia pernah menikah tiga kali. Agak kaget memang mendengarnya. Istri pertamanya, seorang biduwanita kampung, penyanyi dangdut yang cantik, dan membuatnya heran ketika sang gadis mau menikah dengannya. Sayang, pernikahannya sebentar, karena si Penyanyi dangdut itu selingkuh dengan seorang Ustaz. Pak Junaidi Shock luar biasa, tapi ia mencoba untuk bersabar. Walhasil, ia bertemu dengan istri kedua, sayang lagi, di istri kedunya, ia tidak juga bisa mendapatkan keturunan yang diharapkan karena setiap anak yang lahir, mengalami masalah fisik. Cerai menjadi solusi berikutnya. Namun, perjalan cintanya seorang Pak Jun tidak berakhir. Dengan semangat, Pak Jun bercerita, bahwa ia baru merasakan indahnya berumah tangga ketika bertemu dan menikah dengan istri ketiganya. dari istri terakhir, yang ia harapkan jadi istri terakhir sampai akhir hayatnya, ia mendapatkan dua anak, yang sekarang sudah bersekolah. Hmmm.. luar biasa, saya hanya bisa menghela nafas ketika berbicara dengan bapak ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline